Wing's Blog
If You have Something To Die For, You Something To Live For !
Friday, August 8, 2008
Kekuatan Dari Penemuan Kultur Kita
Ternyata ada 3 hal yang telah membawa Cina sampai sejauh ini. Yaitu bahwa Cina, baik pemerintah maupun rakyatnya memiliki talenta kuat sejak jaman peradaban awal manusia yang terus dipertahankan hingga hari ini. Tiga talenta itu adalah: adanya kultur bisnis, kultur kerja keras dan kebanggaan yang amat tinggi terhadap negaranya. Tiga aspek ini telah memegang peranan sentral dalam pembangunan RRC yang melesat cepat. Tidak ada negara yang saat ini mampu menandingi kinerja ekonomi Cina yang pertumbuhannya tidak pernah dibawah 9% selama 20 tahun terakhir. Memang sempat ambruk di masa lalu karena talenta tersebut dibenamkan rezim Mao pada era kebudayaan, saat itu perekonomiannya hampir berada dititik nol. Ketika harus berubah, maka Deng Xiao Ping membangkitkan kembali kultur tersebut sehingga Cina menemukan kembali kebesarannya serta menapaki jalan suksesnya lagi.
Kultur adalah kekuatan yang memiliki daya ubah, bahkan sering merubah orang tanpa orang menyadarinya. Meski tidak ada aturan yang tertulis di depan pintu rumah saya bahwa "tamu harap menjaga kebersihan dan bersikap sopan" tetapi setelah Anda memasuki rumah saya maka akan ada atmosfir dan kekuatan yang mendorong Anda untuk dengan sendirinya tidak membuang sampah permen Anda sembarangan dan meletakkan kaki Anda di atas meja ruangan tamu saya. Bahkan saya tidak melarang Anda untuk melakukannya. Anda melakukannya sendiri tanda sadar. Ini dikarenakan budaya kebersihan dan kesopanan di rumah saya yang dicontohkan dan dihidupi oleh seluruh anggota keluarga saya. Nah, walaupun saya sebagai pemimpin institusi keluarga, merupakan sumber ditentukan dan dihidupinya sebuah nilai namun pada akhirnya kultur tersebut menjadi bagian dari kehidupan normal setiap anggota keluarga saya. Dan kultur tersebut telah menjadi kekuatan yang dapat menarik orang dalam radius medan magnetnya untuk mendorong orang berperilaku sesuai budaya yang ada tanpa orang tsb menyadarinya.
Nilai atau kultur/budaya adalah semacam kendaraan menuju visi. Dan visi seperti tujuan sebuah perjalanan. Kendaraan yang tidak tepat atau keliru akan membawa orang menjadi lambat atau bahkan tidak pernah sampai kepada tujuannya. Bayangkan jika kita bepergian ke kutub utara dengan delman atau becak. Visi tertentu akan dicapai dengan nilai atau budaya tertentu pula yang dikembangkan. Bagaimana mungkin bisa tercapai jika visi kita secara ekonomi menjadi salah satu macan Asia tetapi budaya kerja keras dan nilai-nilai bisnis yang tepat tidak kita kembangkan dalam diri kita sebagai bangsa? Budaya malas dan korupsi yang menggantikannya benar-benar malah pada kenyataannya membuat kita terpuruk sebagai bangsa.
Jika kita bertujuan sukses dalam bidang-bidang kehidupan kita maka pertanyaannya adalah: sudahkah kita kembangkan budaya merenungkan kebenaran sebagai gaya hidup kita yang terkuat untuk kita hidupi? "Janganlah Engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi RENUNGKANLAH itu SIANG DAN MALAM, supaya engkau BERTINDAK HATI-HATI sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan BERHASIL DAN engkau akan BERUNTUNG." (Yosua 1:8). Budaya merenungkan kebenaran adalah budaya sukses. Jika kesibukan kita merampas waktu-waktu kita untuk menghidupi kultur tersebut maka itu sama artinya dengan merebut jatah sukses kita.
Jika tujuan kita adalah menuntaskan amanat agung: "....jadikanlah semua bangsa muridKU..." maka sudahkah budaya "pergi" meninggalkan seluruh rasa nyaman dan daerah demarkasi kita menjadi kultur keseharian kita? Jika kita selalu ada di zona nyaman kita, tidak melayangkan pandangan keluar ke arah "ladang sudah menguning" dan kemudian melangkah pergi dari semua batasan kita untuk mencari "semua orang yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia" (Yoh 17:6) maka mungkinkah amanat agung terselesaikan di dalam hidup kita? Visi amanat agung perlu ditunjang pula oleh serentatan kultur amanat agung ...salah satunya seperti kultur "makan dan minum bersama pemungut cukai dan orang berdosa" (Luk 7:34).
Temukan visi sekaligus kulturmu! Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu !
Sunday, August 3, 2008
Digerakkan oleh Jam atau Kompas?
Kita sering tidak waspada dan menyadari pentingnya hidup dalam kuadran: "tidak mendesak tetapi penting." Menurut Steven R.Covey, orang yang sukses adalah orang yang hidup dalam kuadran "penting tetapi mendesak". Orang-orang sukses dalam kerja dan kehidupannya seringkali adalah orang yang dipandu oleh "kompas" bukan "jam"...arah dan bukannya sekedar kepiawaian manajemen waktu.
Saya setuju dengan pendapat tersebut. Kenyataannya sering saya lihat orang yang sangat sibuk tetapi sebenarnya tidak ada hal yang langgeng dan berkualitas yang sedang dia bangun. Hanya sekedar sibuk. Mungkin orang-orang seperti itu berpikir bahwa makin sibuk maka makin merasa sedang berbuat sesuatu yang efektif dan mulia. Sementara hal tersebut sering tidak ada korelasinya, yaitu antara sibuk dan produktif. Yang lebih disayangkan lagi jika ada jenis orang yang pergerakan hidupnya, dengan kegiatan super sibuknya, hanya berdasar pada sasaran dan motif yang tidak esensial.(mis: cinta uang). Jujur saja "virus" tersebut sering terjangkit dalam area pelayanan Kristen.
Mencontoh dari Yesus, maka Dia mendedikasikan seluruh masa pelayananNya untuk membangun orang, bukan pelayanan. Dia jelas tidak malas namun seluruh waktunya sungguh-sungguh punya arah, ber-visi, penuh esensi dan segala hal dalam hidupNya saling terhubung untuk satu tujuan saja: dinyatakanNya Kerajaan BapaNya.
Bagi pelayan-pelayan mimbar memang patut memperhatikan hasil penelitian sebuah riset pertumbuhan gereja yang menyatakan bahwa kotbah mimbar hanya memiliki pengaruh 20% saja dalam rangka mendukung tingkat pertumbuhan rohani jemaat dan komunitas. Selebihnya memang urusan mempersembahkan seluruh kehidupan, konsentrasi, waktu dan segala yang kita punya bagi pekerjaan membangun orang-orang yang Bapa berikan kepada kita. Lebih dari sekedar berpikir sukses, maka seyogyanya kita harus mulai berpikir suksesi...menginvestasikan seluruh hidup kita demi munculnya generasi berikut yang lebih baik. Doa Yesus sebelum Dia mati yang terdapat di dalam Injil Yohanes pasal 17 adalah sebuah doa yang mengandung laporan kepada BapaNya mengenai seluruh misi yang Dia emban selama di dunia dan menariknya doa laporan tersebut bukan tentang semua aktifitas berbagai macam pelayanan yang sudah Dia lakukan dari menyembuhkan banyak orang sakit atau mengusir setan namun laporan tersebut hanya berisi mengenai segala macam hal yang sudah Dia lakukan terhadap muridNya selama Dia hidup dekat bersama mereka. Dalam laporan melalui doaNya kepada BapaNya itu maka Dia berkata: "Aku telah menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan padaKu.." Itulah arti "menyelesaikan pekerjaan" bagi Yesus...Dia membangun orang-orang yang Bapa berikan dan percayakan bagiNya!
Adakah Anda sudah mempunyai "orang-orang yang Bapa berikan" padamu? Dibangunkah mereka olehmu? Sudahkah mereka ada dalam proses suksesimu? Kepada apa dan siapa kau investasikan waktu berkualitasmu? Kesibukan seperti apakah yang Anda miliki dan produktifkah itu jika dikaitkan dengan kehendak Allah dalam hidupmu? Anda sedang menghidupi kuadran "mendesak tetapi tidak penting" atau "penting tetapi tidak mendesak"? Kehidupanmu dipimpin dan digerakkan oleh jadwal atau visi yang esensi? Anda berfokus pada "jam" atau "kompas"?
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12).
Saturday, July 19, 2008
KEBENARAN BERDASARKAN FAKTA & REALITA
Dalam penyampaian kebenaran, banyak orang lebih mengacu kepada pernyataan yang bersifat asumtif. Bukan hanya itu, banyak yang menyoroti pengalaman pribadi, ajaran turun-temurun dan mengemasnya menjadi sebuah kebenaran baru yang tanpa dasar. Dampak yang dihasilkan adalah lebih banyak orang menjadi semakin terjerat pada kehidupan dan praktek agama, yang ternyata semakin mengikat dan menjauhkan mereka dari gaya kehidupan Kerajaan Allah.
Sebagai contoh, dalam Markus 12:41-44, kebenaran memberitahukan kepada kita bahwa ketika orang menyoroti makna sebuah pemberian pada jumlah, Yesus lebih menyoroti pada sisi pengorbanan. Buat Yesus, jumlah bukanlah persoalan inti, makna pemberian sebenarnya terletak pada pengorbanan yang terhisap di dalamnya. Bukankah ini adalah kabar baik yang memerdekakan bagi semua orang? Orang dapat memberi dengan merdeka, walau pun sedikit jumlahnya, namun ketika mereka memberi dengan motivasi benar dan sebuah pengorbanan, Tuhan menyoroti dan menghargainya. Beberapa waktu yang lalu, saya mendengar keluh kesah dari seorang wanita yang berkata bahwa setelah mendengarkan sebuah khotbah tentang memberi, dia merasa bersalah apabila tidak memberi dalam jumlah besar. Dalam tekanan, akhirnya dia memutuskan untuk memberi juga dalam jumlah yang besar. Memberi dalam tekanan karena rasa bersalah bukanlah sebuah kebenaran yang memerdekakan. Alkitab berkata bahwa orang harus memberi dengan sukacita dan tanpa paksaan. Fokus yang diajarkan oleh Yesus adalah bukan jumlah, namun hati yang mencintai Tuhan sehingga membuat kita memutuskan untuk berkorban bagi Dia.
Matius 15:1-14, sementara orang menitikberatkan tentang persoalan “berbicaralah menggunakan hikmat” karena berupaya untuk menghindari aniaya, (atau mungkin) karena takut teraniaya, Yesus justru mengajarkan hal yang berbeda. Yesus memilih untuk berbicara secara terus terang berdasarkan fakta dan realita. Yang menajiskan orang bukan saat di mana mereka tidak mengerjakan peraturan agama dan adat istiadat, sebab yang menajiskan orang adalah persoalan hati mereka. Dengan kata lain, fakta dan realita kebenaran yang diajarkan oleh Yesus adalah bahwa peraturan agama dan adat istiadat bukanlah hal inti yang harus menjadi prioritas. Kita tidak berdosa, jika kita tidak mengerjakannya. Sebab prioritas inti yang harus kita perhatikan adalah kebenaran dalam hati kita, yang akan menolong kita untuk merdeka dari segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Ketika hati terpenuhkan oleh kebenaran, orang akan mampu menghidupi gaya kehidupan berkerajaan. Bukankah berita ini akan memerdekakan orang dari belenggu liturgis yang mencondongkan kita ke arah perilaku agama?
Sebagai orang-orang yang bertanggung jawab untuk menyuarakan kebenaran, kita perlu mencermati kembali kebenaran seperti apakah yang telah kita beritakan. Apakah sebuah kebenaran tak berdasar dengan kemasan super, sebagai upaya agar kita lebih diterima dan disukai orang, lebih terkenal dan berpenghasilan lebih? Ataukah sebuah kebenaran berdasarkan fakta dan realita yang akan menuntun orang lain kepada kemerdekaan dari semua belenggu yang akan membatasi mereka untuk semakin maksimal dalam Kerajaan Allah?
Saya rasa adalah baik bagi kita untuk menyelami kembali – makna kehidupan dan berita kebenaran yang disampaikan oleh Kristus – dalam setiap perenungan kita secara pribadi. Sehingga biarlah dalam setiap pemberitaan kebenaran, kita hanya akan menyampaikan fakta dan realita yang memerdekakan orang, tanpa menyisipkan kepentingan pribadi di dalamnya. Saya berdoa biarlah keberanian untuk menyuarakan kebenaran berdasarkan fakta dan realita, membuat kita menjadi terkenal sebagai pengikut jalan Tuhan yang terbiasa memikul salib dalam menapaki perjalanan kehidupan ini.
Wednesday, May 7, 2008
Huios jawaban atas Chaos
Hal pertama yang dapat kita pelajari adalah bahwa metode Tuhan dalam mempertahankan dan menyelamatkan sebuah negara atau bangsa selalu memakai orang-orangNya menjadi kepanjangan tanganNya. Dia bisa saja melakukannya sendiri tetapi Dia memilih untuk melakukannya melalui umatNya. Ayat diatas cukup ironis...Tuhan mencari dan tidak menemukan orang-orang tersebut! Hari ini suasana Indonesia dan bangsa-bangsa seperti menanggung geram dan murka Tuhan karena kelakuan umat manusia sendiri. Tidak ada jalan lain dan jawaban lain bagi bangsa ini dan umat manusia selain menggenapi Firman Tuhan: "Sebab dengan sangat rindu seluruh mahkluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. " (Roma 8:19). Di ayat sebelumnya, ayat 18, tertulis: "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan jaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Konteks penderitaan sangat kental dalam rangka penyataan huios kepada seluruh makhluk. Anak Allah yang dewasa (huios) dinantikan bukan saja untuk memberi jawaban melainkan menjadi jawaban. Sungguh tak terbayangkan akibat murka Tuhan jika sekali lagi Dia tidak menemukan orang-orangNya. Keadaan manusia akhir jaman memang ada di dalam masa sukar seperti nubuatan Paulus di dalam 2 Tim 3:1, bahkan di dalam bahasa Gerika di tulis "masa yang sangat sukar". Alhasil tidak ada obat bagi bangsa-bangsa atas situasi ini selain menerima kiriman jawaban dari Allah: umatNya! Indonesia hari ini adalah sepotong dari bagian geografis dunia yang di dalamnya sarat problema: krisis pangan, serentetan bencana tak berkesudahan, kelangkaan minyak bumi, berbagai macam problem sosial yang menumpuk dengan bahaya seperti bom waktu, degradasi moral, nilai dan karakter yang meluluh-lantakkan semua bidang kehidupan, dsb. Krisis moneter dunia dan efek global warming saja pada hari ini telah membuat kekacauan (chaos) besar pada level dunia. Beras dan bahan pangan dunia yang menjadi langka sudah diramalkan akan memicu konflik perang antar bangsa dan saling mencaplok wilayah negara. Apapun keadaannya, gerejaNya ditengah dunia menjadi jawabannya! Itulah sebabnya kenapa perhatian terbesar Allah dalam sejarah dunia adalah membentuk umatNya dan mendewasakannya... sebagai bagian dari caraNya menjawab kehancuran dunia. Sejarah bukan saja soal "history" tetapi selalu "His story". Kalau begitu, apalagi pekerjaan terpenting kita selain "membangun" jawaban itu seserius Allah membangunnya? ProyekNya " I will bulit My church" selalu relevan. Apa mega project kita? Cintai dan bangunlah orang-orang yang Bapa berikan buat kita. Sekalipun nampaknya seperti langkah kecil di tengah dunia luas tetapi dengan itu kita telah terlibat serius dalam mempersiapkan "jawaban" ! Jika kita ada di jaman Yesus berjalan diatas muka bumi maka kita tidak akan yakin dengan efektifitas proyekNya dengan hanya membangun "12" Nya sebagai tujuan penting pelayananNya di muka bumi . Kita pasti berpikir "sangat kecil pekerjaanNya." Sekarang di jaman dimana kita hidup ternyata kita tidak meragukan dampak dari "hal kecil, sedikit dan singkat" dari yang pernah Dia lakukan. Semoga Dia menemukan orang-orang yang membangun "jawaban" bersamaNya. Do your best!
Thursday, April 10, 2008
The Great Omission
Sunday, March 16, 2008
Dikotomi Golongan Imam dan Golongan Raja Yang Berbahaya
Monday, March 3, 2008
The Secret?
Yang kedua, meyakinkan pembacanya bahwa semua yang terjadi dan diberikan oleh "semesta" (istilah dibuku itu) adalah berasal dan berpusatkan pada "pengolahan kemampuan diri"..ini merupakan pemahaman New Age movement yang menganggap kita sendirilah tuhan yang bisa mewujudkan semua keinginan kita dalam hidup. Sebuah upaya menjadi Tuhan...seperti yang setan katakan kepada Hawa: kamu akan menjadi sama seperti Allah. Keyakinan yang jelas datang dari kegelapan.
Pemahaman-pemahaman yang ada dibuku itu seperti mengambil SEBAGIAN yang Alkitab tulis. Yang luar biasa, hukum-hukum dan prinsip di Alkitab sendiri terasa seperti menjadi hukum alam ,siapa saja yang melakukannya dan dengan motif apa saja, maka hukum-hukum tersebut akan bekerja. Misalnya seperti yang dijelaskan dalam buku Secret tentang "berilah maka kamu diberi." Sayang sekali.. hukumnya dilakukan, Sang Pemberi hukumnya dilupakan. Saya dengar bahkan buku dan pemahaman Secret menjadi sumber inspirasi beberapa pengkotbah! Oh...Sekali lagi penyesatan bisa terjadi karena memeluk kebenaran yang satu dan melepaskan kebenaran yang lain. Cintai Tuhan saja dan hukum-hukumNya! Renungkan firmanNya siang dan malam dan jadi seimbang. Be sharp!
Sunday, March 2, 2008
Ketidakseimbangan Seringkali Mengawali Penyesatan
Misalnya, kecenderungan penekanan berita berkat dan minimnya berita salib tentunya sudah kita ketahui. Yang tentunya berakibat umat Tuhan menjadi hanya siap berkat dan siap senang tetapi tidak tahan dan tidak siap terhadap kesulitan, aniaya dan persoalan.(Yesus berkata bahwa syarat mengikut Dia adalah memikul salib dan sangkal diri). Berita yang kita terima menentukan jadi apa dan bagaimana hidup kita. Beritalah yang menjadikan kita. Jika berita hanya separo benar maka sama juga dengan berita yang berbahaya. Ada juga yang dengan bombabtis serta melalui cara yang fenomenal menekankan pergerakan kenabian dan upaya memberkati kota tetapi di saat yang sama melukai Tubuh Kristus sekota dengan sepak terjangnya bak "vaccum cleaner" ministry yang tidak peduli lagi perasaan dan hubungan dengan kawan-kawan hamba Tuhan sekota (melukai Tubuh Kristus berarti melukai Tuhan sendiri, seperti yang Yesus pernah katakan kepada Paulus disaat menjelang pertobatannya: Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?). Ada yang sibuk membangun aktivitas sosial bagi kota dan sibuk dengan bangunan gereja yang megah tetapi mengalami masalah yang berlarut-larut dengan istri sambil menunjukkan sikap merasa benar (bagaimana mungkin memimpin jemaat Allah jika tidak dapat mengurus keluarga sendiri? Itu merupakan salah satu syarat kepemimpinan jemaat di dalam 1 Tim 3:15). Ada yang berbicara dan mengajarkan berita Kerajaan Allah tetapi dalam kehidupan, pelayanan dan bergereja bertindak seakan-akan dia sendiri rajanya, penuh kendali dan keputusan sendiri. Ada yang dengan semangat memberkati dan melengkapi yang lain tetapi disaat yang sama membangun mentalitas fotocopy dan membiarkan yang lain meng-cloning metoda serta caranya sendiri sampai orang atau kelompok lain kehilangan originalitas serta kehendak dan cara Allah yang unik bagi masing-masing komunitas (Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, dimanakah pendengaran? andaikata seluruhnya adalah telinga, dimanakah penciuman? 1 Kor 12:17-18). Masih banyak lagi yang lain yang meresahkan hati saya. Ini membuat saya semakin mengingat nasihat Paulus bagi diri saya sendiri juga: awasi dirimu dan awasi ajaranmu.
Alkitab menulis:"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik daripada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus."(Gal 1:6-7). Menurut saya tidak ada satupun kelompok orang percaya yang benar-benar kebal terhadap kemungkinan hilangnya keseimbangan ini. Bisa saja mereka menjadi ekstrem atau tersesat karena diputar balikkannya suatu pengajaran kebenaran sehingga menyimpang jauh dari tujuan semula. Karena "domba-domba" sangat mudah terpengaruh maka penyebab utama dari terjadinya penyimpangan yang ekstrem dan ketidakseimbangan biasanya adalah "gembalanya". Kepemimpinan seringkali mempunyai masalah besar dengan sifat-sifatnya sebagai manusia. Tidak bisa mengekang hawa nafsu dan tidak pernah bertobat dari "dosa yang tersembunyi" adalah salah satunya. Tidak berada dibawah kuasa Roh Kudus. Kalau kehidupan pribadinya diteliti maka mereka sebenarnya tidak tahu banyak dari kebenaran Firman Tuhan dan menghidupinya. Banyak juga diantaranya yang mempunyai cacat kepribadian dan karakter yang cukup serius atau mungkin menghadapi masalah pribadi. Biasanya itulah akar penyebab hilangnya keseimbangan. Kesombongan yang membuat seseorang tidak butuh nasihat orang luar (dengan spirit " tidak ada orang lain yang memiliki apa yang ada pada kami"), suka melebih-lebihkan kemampuannya, terlalu percaya kepada pendapatnya sendiri, ngotot kepada pendapatnya sendiri sekalipun salah, kesulitan untuk menyesuaikan diri; juga merupakan awal dari terjadinya ketidakseimbangan. Selain hal-hal tersebut maka yang tidak kalah berbahaya dan juga menjadi penyebab ketidakseimbangan adalah ketamakan dan cinta uang (yang menyebabkan eksplorasi teologia kemakmuran yang berlebihan), tidak menyukai proses dan terbiasa dengan berpikir "short-cut", pikiran dan wawasan sempit serta pandangan yang tidak obyektif, kurangnya evaluasi diri, dan lemahnya kerohanian serta kehidupan doa yang kuat sebagai sauh spiritualitas kepada pikiran dan hati Tuhan. Jadi jika kehidupan pribadi kita sendiri belum beres itu jelas akan mempengaruhi pengajaran dan keseimbangan kita. Doa saya,...supaya anugerahNya membawa kita "bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus." Be strong!
Saturday, February 23, 2008
PENYELARASAN CARA BERPIKIR
Secara jujur, konsep ‘mencari dan berpikir Kerajaan Allah’ pada tahap awal merupakan sesuatu yang masih bersifat abstrak bagi saya. Itulah sebabnya saya mencoba untuk mencari tahu makna dari masing-masing kata tersebut di atas. Berikut adalah kesimpulan yang saya peroleh dalam pembelajaran pribadi.
- Ketika Paulus menyinggung kata ‘carilah’ -- (zeteo), maka maksud inti dari Paulus adalah meminta agar jemaat di Kolose mencari dan menemukan Kerajaan Allah tersebut melalui sebuah proses merenung.
- Di sisi yang lain, Paulus juga menyinggung kata ‘pikirkanlah’ -- (phroneo), yang sebenarnya memiliki maksud agar jemaat Kolose menyelaraskan cara berpikir mereka dengan cara berpikir Kerajaan, sehingga terjadilah sebuah harmoni di dalamnya.
Bagi saya, penemuan bermakna ini telah mengingatkan saya kepada beberapa cerita tertentu yang pernah terbaca dalam Alkitab sebelumnya. Dalam Matius 13:10-11, ketika murid-murid Yesus bertanya tentang mengapa Dia berkata-kata tentang Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan, maka jawab Yesus kepada mereka: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga...” Dengan kata lain, karunia itu sudah diberikan. Semua orang yang telah masuk dalam Kerajaan Allah, seharusnya memahami aturan main Kerajaan. Namun mengapa tidak banyak orang memahami nilai-nilai penting dalam Kerajaan? Ternyata karena kita tidak berupaya untuk menemukan rahasia dari Kerajaan dengan melalui sebuah proses perenungan. Kita ternyata lebih menyukai kegiatan plagiat. Mencangkok penemuan orang lain. Menyibukkan diri untuk mengejar sumber atau orang tertentu, supaya kita dapat menemukan sebuah pencerahan. Pada kenyataannya, apabila karunia dan proses perenungan digabungkan, maka sebenarnya kita akan menemukan penyingkapan rahasia Kerajaan yang ternyata tersembunyi bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan.
Paulus mengajarkan kita bahwa melampaui proses perenungan saja ternyata tidak cukup. Setelah kita mengalami penemuan makna Kerajaan, maka seharusnya kita berupaya untuk menyelaraskan cara berpikir kita dengan Kerajaan itu sendiri. Penyelarasan cara berpikir akan membuat kita dengan mudah menghasilkan tindakan-tindakan Kerajaan dalam kehidupan natural kita. Saya semakin yakin bahwa ternyata menghidupi aturan main Kerajaan sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang sukar bagi kita, apabila telah terjadi keharmonian berpikir antara kita dengan Tuhan. Roma 12:2 menegaskan kepada kita bahwa apabila cara berpikir kita telah mengalami penyelarasan dengan cara berpikir Tuhan, maka kita akan dapat membedakan mana kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Kekristenan akan menjadi sebuah kehidupan yang menyenangkan, berkualitas dan berkuasa.
Namun ternyata harus kita akui bahwa agama telah merupakan musuh terbesar yang menghalangi kita untuk menjadi manusia yang menghidupi aturan main Kerajaan. Mengapa? Sebab agama telah membuat orang lebih condong untuk memaksakan Tuhan menyelaraskan cara berpikir-Nya dengan manusia. Jika cara berpikir Tuhan tidak sesuai dengan cara berpikir kita, maka dengan sangat rela kita berani memutuskan untuk menyingkirkan cara berpikir Tuhan. Itulah sebabnya jika kita belajar Kolose pasal
Saya baru mengalami pencerahan mengenai makna dari pernyataan “kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Kuasa perenungan, penemuan makna Kerajaan, penyelarasan cara berpikir kita dengan cara berpikir Kerajaan ternyata akan membebaskan kita dari belenggu agama. Sebuah belenggu yang akan semakin menjauhkan kita dari sebuah kehidupan yang berkerajaan.
Friday, February 15, 2008
Kenyang?
Ada beberapa hal dari ayat-ayat diatas yang kita bisa pelajari. Yang pertama, adalah fakta bahwa yang mengenyangkan orang-orang bukan tanda-tanda tapi "makan" kehidupan Yesus sebagai roti hidup. ALASAN MEREKA MENCARI YESUS ADALAH "MAKAN ROTI DAN KENYANG"...bukan tanda-tanda. Beberapa kali kitab-kitab Injil menceritakan bahwa orang-orang melihat tanda-tanda yang Yesus adakan lalu mereka percaya. Tapi percaya berbeda dengan kenyang. Meski kitab Ibrani 1:4 menulis bahwa maksud tanda, mujizat, dan berbagai penyataan kekuasaan dari Allah adalah peneguhan kesaksian maka tetap saja tanda dan mujizat tidak pernah dirancang untuk "mengenyangkan."...termasuk tanda-tanda yang menyertai orang percaya seperti yang disebutkan di dalam Injil Markus 16:17-18. Hal yang patut diperhatikan, yaitu ketidakseimbangan dan dis-orientasi. Ketidakseimbangannya terletak pada eforia mengejar pelayanan yang ber"tanda-tanda" tapi melupakan faktor "kenyang"-nya jiwa-jiwa. Orientasi dan tujuan terjauhnya semestinya adalah "kenyang makan hidup Yesus, sang Roti Hidup"...artinya menyatunya hidup kita dengan hidupNya..mempersekutukan diri kita dengan diriNya adalah pengejaran yang utama! Mengejar kesehatian dengan diriNya dan kehendakNya...menyatu dengan tujuan dan misi KerajaanNya! Jika tidak demikian maka buah dari pelayanan kita adalah para kerdil rohani yang haus tanda seperti golongan Saduki tapi tidak beranjak dewasa. Hanya menjadi bayi-bayi rohani yang senang dan terbius oleh berita: sembuh, kaya, sukses, terlepas, dan "tanda-tanda" lainnya. "Aku di dalam kamu dan kamu di dalam Aku" merupakan esensi. "Makan" pikiranNya, perasaanNya, kemauanNya dan pribadiNya. Raihlah keseimbangan...peneguhan berita oleh tanda-tanda tetapi juga menjadi kenyang dengan hidupNya.
Hal kedua yang bisa kita pelajari adalah keteladanan dari cara Yesus melayani. Meskipun Dia membuat tanda-tanda namun Dia tetap konsisten memberi diriNya lebih dari sekedar kuasa dan karismaNya...Dia tetap lantang mengatakan "makan Roti Hidup..AKULAH roti hidup itu....Kata "Akulah" berarti keseluruhan dari diriNya! Selalu tidak pernah cukup jika kita hanya memberi kotbah kita, karunia kita dan acara kebaktian kita. Yesus menjadi model pelayanan kita yang memberi keseluruhan diri. Paulus juga berkata "Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi." (I Tes 2:8).Yang menarik, Paulus mengatakan"dalam kasih sayang yang besar" dan "kamu telah kami kasihi"...jadi membagi kehidupan kita merupakan hasil dari cinta kasih kita! Pertanyaannya adalah: seberapa kasih kita untuk melayani orang-orang yang Tuhan percayakan pada kita? Semoga carut marutnya konsep pelayanan hari ini menyadarkan kita untuk benahi diri dan kembali kepada esensi melayani. Marilah kita belajar memberi seluruh hidup dan cinta kita lebih dari sekedar kotbah dan karunia kita. Biarlah hidup Yesus di dalam hidup kita mengenyangkan mereka!
Wednesday, February 13, 2008
Transformasi "Abrakadabra' ?
Wednesday, February 6, 2008
Makin Tinggi Bangunannya, Makin Dalam Fondasinya
Sudah banyak contoh dari sekian "greatman of God" yang ada dan pergerakkan-pergerakan besar yang mengalami tumbang dan habis cerita, dengan "ending" yang memalukan serta dilupakan. Ironisnya cerita sedih itu justru berawal mula dari tidak adanya perhatian dan pembangunan yang serius dari prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan dan pergerakan. Di kemudian hari akan menjadi terlambat disadari, bahkan susah mengumpulkan lagi serpihan-serpihan bekas bangunan yang terserak dan rusak.
FT mengatakan "Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?" (Maz 11:3). Kalimat tanya yang kita tahu jawabannya: orang benar tidak bisa berbuat apa-apa bila dasar-dasar dihancurkan! Musuh kita juga tahu hal tersebut jadi dia mengarahkan seluruh pukulan dan serangannya kepada perkara-perkara dasar yang belum dibangun kokoh dalam hidup, pelayanan dan pergerakan kita. Musuh tidak takut dan grogi jika kita hanya membangun pergerakkan yang kuat, cepat dan inspirasional saja tetapi tidak diatas fondasi yang kokoh. Kegagalan dan kekalahan sudah tergambar di depan mata. Dia biarkan kita lakukan apa saja kecuali meletakkan dan memperkokoh dasar-dasar.
Paulus menyebut dirinya sebagai ahli bangunan yang cakap yang telah meletakkan dasar dan kemudian orang lain membangun terus diatasnya.(1 Kor 3:10-11). Harus diakui bahwa Paulus menjadi rasul pertama yang menembus kebanyakan daerah misi yang baru di luar wilayah Israel. Banyak pekerjaan misi peletakkan dasar di seluruh Asia Kecil yang terjadi karena kiprahnya. Baru setelah dia pergi orang lain membangun diatasnya. Maka tidak disangkali bahwa kejayaan gereja mula-mula di banyak bagian dunia pada waktu itu karena konsistensinya sebagai "rasul peletak dasar". Dasar-dasar gereja waktu itu menjadi kuat untuk dilanjutkan dari kemuliaan kepada kemuliaan yang semakin besar. Dia memang ahli bangunan yang cakap...karenanya pergerakan berjalan kuat...dan sejarah dibuat.
Yesus juga mengingatkan tentang dua macam rumah: yang berfondasi pasir dan yang berdasar batu. Yang kokoh adalah orang yang mendengar perkataanNya dan taat . Maka saat angin, banjir dan hujan datang rumah itu tidak rubuh. Betapa menyedihkannya kalo kita melihat sebuah pergerakan rubuh karena tidak tahan "hujan" berkat, dihempas rupa-rupa "angin" pengajaran dan diterjang "banjir" arus keduniawian. Apakah "pasir" kita? Pasir adalah sesuatu yang mudah bergeser dan tidak solid...sangat riskan membangun sesuatu yang besar dan mulia diatasnya. Bisa saja ada pasir di motif kita, karakter kita atau nilai-nilai kita.
Semakin tinggi bangunannya harus semakin dalam dan kuat fondasinya. Anda mau tahu kekuatan sebuah bangunan? Lihatlah dasarnya! Anda mau tahu dari manakah sebuah rumah mulai dibangun? Dari fondasinya! Pastikan diatas sebuah apa dan mulai dari mana Anda membangun rumah kehidupan Anda!
Cinta uang dan roh materialistik --yang diwakili oleh kisah Ananias dan Safira-- telah dikalahkan sejak awal oleh gereja mula-mula sehingga dalam perjalanan pergerakan selanjutnya tidak lagi habis energi untuk digoncang perkara-perkara dasar terus-menerus. Sejak awal Yesus menyerukan: pilih aku atau Mamon. Dia tangani sejak awal perkara-perkara dan komitmen-komitmen yang mendasar. Menurut para ahli, prinsip-prinsip tentang keuangan dan pengampunan bahkan menjadi topik paling sering yang Yesus bahas di Injil. Tanpa kedewasaan yang cukup dalam prinsip pengampunan hubungan-hubungan yang rusak bisa menceraikan beraikan pergerakan. Tanpa prinsip tanggung jawab dan belajar merestitusi hati nurani maka kemunafikan dan kesalahan yang tidak terlihat diatas permukaan akan mencederai kemurnian pergerakan. Tanpa prinsip penyerahan hak maka akan ada banyak luka,pahit dan amarah karena hak-hak yang terambil oleh orang lain atau ketidak siapan terhadap tuntutan pergerakan yang sepenuhnya memberi diri dan menanggalkan banyak hak pribadi. Tanpa prinsip dasar untuk tinggal dalam Kristus maka pergerakan dan kehidupan dijalankan dengan kekuatan Taurat dan cucuran keringat yang melelahkan.
Itulah sebagian point yang dengan penuh antusias yang akan kami bagikan kepada rekan-rekan pemimpin pergerakan di pantura Jateng sore ini sampai besok malam. Senang sekali dipercayai tugas meletakkan dasar. Itu sama artinya dengan menyiapkan masa depan yang kokoh dan anti roboh. Awasi dasar-dasarmu, alami Kristus Batu Penjuru ! Salam pergerakkan.
PROSES MEMPENGARUHI KUALITAS
Bagi Yesus, proses adalah sebuah percepatan untuk mencapai maksud inti Bapa-Nya. Itulah sebabnya mengapa dengan berani Dia melontarkan kalimat-kalimat yang berkekuatan untuk membungkamkan cara berpikir instant. Kalimat-kalimat yang saya maksudkan adalah:
- "Biarlah itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." (Matius 3:15). Proses merendahkan diri.
- "Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?" (Matius 26:54). Proses teraniaya sampai mati.
Saya rasa, kita harus melatih diri untuk bukan sekedar menyoroti kualitas kehidupan seseorang, namun juga proses yang mereka pilih untuk jalani dengan kesadaran penuh akan kehendak Tuhan. Setahu saya, Alkitab tidak hanya secara transparan menyoroti tentang kualitas hidup Yesus semata, namun juga keputusan-keputusan yang Dia lahirkan dengan cucuran air mata serta pergulatan jiwani dalam sebuah proses.
Berpikir proses, menjalani dan menghargainya, akan mempercepat langkah kita kepada pencapaian kualitas Ilahi. "Welcome to the reality of quality!"
Tuesday, February 5, 2008
Kerinduan Kepada Pemerintahan Allah
Kalau sekarang kita mulai getol dengan pimbicaraan soal "KINGDOM" sebenarnya boleh dibilang terlambat dibandingkan dengan apa yang ada di dunia. Tapi toh ngak apa - apa karena kita tetap bergerak dengan waku Tuhan, bukan waktu kita. Apa yang saya maksudkan dengan kata "Terlambat". Lihatlah berita dari mimbar - mimbar dan bagaimana kerinduan dari jemaat - jemaat, adakan survey, pasti kita akan yakin akan hal itu.
Kerinduan akan Pemerintahan Allah???
Apa ini ?? ini yang saya maksudkan : pernahkan kita memperhatkan di Indonesia apa yang sedang dipelopori, diperjuangkan oleh saudara sepupu kita khususnya oleh Hizbut Tahrir adalah adanya pemerntahan Kalifah ( Pemerintahan dengan Prinsip Allah ). Nah, dalam hidup mereka ada sangat kuat kehausan akan Pemerintaan Allah. Kenapa itu terjadi??? Jawabannya : karena GEREJA GAGAL ( Gereja yang adalah ekpresi lokal dari Kerajaan Allah ), gagal di dalam "BERITA" seperti yang di pesankan Yesus, gagal menjadi "BERITA"itu sendiri. Saya bayangkan kalau setiap orang percaya sungguh menghidupi "Gaya Hidup Kerajaan" seperti yang Tuhan Yesus maksudkan maka tak akan ada kerinduan seperti itu di dunia ini. Gereja harus bisa memberi jawaban bahwa kerinduan kepada pemerintahan Allah seperti yang saudara sepupu maksudkan, dimana orang - orangnya tunduk pada Otoritas Illahi itu ada dalam Gereja Tuhan dan kalau itu terus berkembang seperti ragi yang berpengaruh maka kehausan mereka sudah terjawab.
Mari terus hidup dan menghidupi Berita yang kita bawa.
SAYA BERGABUNG
Mengimpartasi Proses Bukan Hanya Memindahkan Hasil
Aku merasa bahwa kebenaran tentang pembapaan harus kita cermati lebih jeli dalam implementasinya supaya lebih kuat pengaruhnya...kepada orang-orang yang Tuhan percayakan kepada kita. Jangan sampai terjebak memindahkan hasilnya tanpa mengimpartasi prosesnya. Mentalitas "copy-paste hasil" -dari murid kepada gurunya- adalah berbahaya. Ada kecenderungan dalam proses pembapaan upaya pemberian ikan tanpa menyertakan pancingnya. Sehingga petualangan berpikir dan merenung serta pengalaman kehidupan yang penuh rasa sakit, gelak tawa, kebingungan, keresahan, kebahagiaan, ketakutan tidak sempat teramati sebagai proses pembelajaran kehidupan.
Saya kira waktu Yesus berkata kepada muridNya: Ikut Aku! itu bukan saja berarti mengikuti kumpulan ide-ideNya dan perjalanan geografisNya saja tapi juga mengikuti keseluruhan cerita lengkap proses penuntasan karyaNya...di masa-masa pergumulan hingga kemenangan...melalui hidup bersamaNya. Ikut Aku sama artinya dengan ikut prosesKu! Oleh karena itu impartasi "hasil jadi" saja berupa pengajaran, ide-ide dan "karya-karya yang telah utuh" lainnya lewat seminar atau acara triwulanan tidak akan pernah cukup untuk melahirkan anak-anak rohani yang kuat, matang dan ulet. Terima jadi dan instan saja. Mereka perlu belajar dari ayah rohaninya tentang "mencari dan makan sendiri"..dengan mengikuti, merasa dan melihat apa yang bapa nya pernah lalui. Cara belajar "melihat dan menangkap" jelaslah jauh lebih berkuasa ketimbang mendengar saja. Selepas Yesus naik ke sorga maka murid-muridNya tidak tenggelam begitu lama dalam kesedihan dan kepasifan melainkan melanjutkan tugas dan misi gurunya. Kenapa mereka bisa langsung melanjutkannya? Sederhana. Karena mereka telah bergaul dengan gurunya dan mengamati proses guruNya mengerjakan apa saja di masa 3,5 tahun persekutuan dengan mereka. Mereka mengingatnya dan mengerjakannya...persis seperti yang mereka lihat dari hari ke hari saat bersama gurunya. Ketergantungan yang berkualitas!
Sekalipun mungkin menolong, blog di dunia maya seperti ini, jelas tidak bisa mewakili sebuah impartasi proses yang penuh pergumulan, airmata, gelak tawa, emosional, kegelisahan dan ketakutan. Padahal itu merupakan sumber pembelajaran menghadapi kenyataan-kenyataan hidup yang tak terhindari dalam rangka menyelesaikan kehendakNya. Ada kewajaran, kenaturalan dan kejujuran yang menambahkan kekuatan dalam hubungan pembapaan. Bagaimana merespon dan menghadapi sesuatu, mengenakan sebuah hikmat, melakukan pilihan-pilihan atas berbagai hal dan menyelesaikan dengan benar sebuah pekerjaan merupakan hal-hal yang diamati dalam sebuah proses kehidupan...dalam sebuah hubungan bapa anak yang tidak mistik! Nyata, teraba dan terasa!
Pengertian tersebut tidak mudah dipahami bagi guru dan bapa yang ja'im (jaga image) dengan segala sisi kehidupan misteriusnya...jauh dari kesan "surat terbuka" yang dibaca orang. Impartasikanlah prosesnya bukan sekedar ide dan hasilnya! Akibatnya, daripada sekedar menghasilkan anak-anak gampang, maka yang dihasilkan adalah anak-anak rohani yang tumbuh cerdas, kreatif, ulet dan mandiri. Cara pembelajaran yang paling berkuasa!
Monday, February 4, 2008
Uniformitas membunuh otentisitas.
Keseragaman adalah hal yang berbahaya. Mentalitas fotocopy juga mengkerdilkan kreatifitas. Saat kita mencoba memakai cara orang lain, program gereja lain, module pengajaran komunitas lain perlulah berhati- hati spy tdk membunuh hal-hal genuine yang Allah sudah beri pada kita, untuk kita berdayakan dan kembangkan. Mentalitas focopy memang memberi jalan yang mudah, sedikit ongkos dan resiko tetapi meniadakan proses penemuan dan pembelajaran (self discovery). Apalagi Tuhan pada dasarnya menyukai keberagaman. Fotocopy-pun selalu menempatkan kita menjadi" nomor dua". Yesus sendiri sembuhkan orang sakit tidak selalu berkutat pd metoda ttt. Dia pilih murid juga tidak dengan tipikal atau kepribadian ttt. Jalan- jalanNya kreatif, tak terselami, penuh kejutan dan original. Mestinya kita tidak terlalu puas dan berbangga diri sbg gereja, institusi ato pribadi jika metoda dan module pengajaran atau pola kita dicopy mentah2 oleh org ato komunitas lain. Pada titik ttt no problemo. Pada tingkat pertumbuhan rohani ttt its ok. Pada situasi darurat ttt msh bisa dimaklumi. Tetapi jk dlm prosesnya kita lupa menolong membangkitkan kesejatian dan keotentikan pd diri org lain maka semuanya hanyalah menjadi proses pembunuhan originalitas. Apalagi kedua belah pihak menikmati proses keterpelesatan tsb...yg satu senang pakai brg siap pake, yang lain suka dijadikan pahlawan kesiangan yg berusaha menggantikan Tuhan sbg tempat ketergantungan yg utama. Apa ukuran sukses kita? Apakah pada saat org lain ( alasan kita: " jadi berkat") mengcopy dan tergantung pd kita? Bukankah keberhasilan kita terletak justru pada
seberapa dan sejauh mana kita bawa org2 tergantung pada Tuhan dan bukan tergantung pada kita? Alkitab memberitahu kita bhw di dlm kita sdh ada urapan yg mengajar kita. Meski ada jawatan pengajar di dlm gereja, bukan berarti kita tidak bertumbuh dalam mendengar urapan di dalam kita.Karena urapan di dalam kita merupakan " internal guidance system" dr Tuhan untuk menolong umatNya berjalan scr otentik dan spesifik sbg bagian dari generasi Perjanjian Baru. Perlu hati hati juga dng buku- buku panduan saat teduh, buku panduan bgmn menyembah dan buku panduan tata cara melangsungkan sebuah pertemuan, dsb , yg mungkin tujuan awal dan semangat menolongnya bagus, tetapi jk berujung pada "addicted" maka hal tsb telah menghalangi org2 menemukan caranya, originalitasnya, proses uniknya, dan "suara Tuhannya" sendiri. Perlu berhati2 dengan proses mentoring yang hari2 ini lg ngetrend. Upaya memberdaya ato memperdaya? Proses mentoring adalah pertolongan menemukan keaslian
bukan upaya pendiktean. Semoga masyarakat gereja dan anak2 Kerajaan menjadi lebih aware dan bijak. Pasti kita punya yang unik dan khas dr Tuhan sbg sebuah serpihan gambar dr Tuhan ttg kehendak dan rencanaNya yg org lain tidak memilikinya. Dia sendiri memyebut diriNya Allah Abraham, Allah Yakub, Allah Ishak..artiNya Dia jg Allah yg terpribadi..suka berperkara scr pribadi. Datang padaNya scr pribadi, berurusanlah scr pribadi dan temukan suara serta kehendakNya sbg originalitas pribadi . Berhentilah dijajah oleh keseragaman!Yang seimbang adalah: tetap hidup di dalam sebuah komunitas Kerajaan dengan nilai interdependensi ( saling ketergantungan yang penuh kualitas) disisi lain tetap saling menolong menemukan genuinitas. Be yourself.
Sunday, February 3, 2008
Salah Berita, Salah Influence
Kata "kerajaan" mempunyai pengertian "pemerintahan yang berdaulat, otoritas sebagai raja". Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah. Bahkan Dia sendirilah kerajaan (Auto Basileia). Jika Allah memerintah maka segala sesuatunya berubah. Diluar pemerintahan Tuhan berarti kekacauan. Perbuatan-perbuatan kita yang salah disebabkan tidak menerima pemerintahan Allah...tidak menerima pengaturannya dalam hidup kita.
Ungkapan "Bertobatlah Kerajaan Allah sudah dekat" bukan berarti sekedar bertobat dari dosa-dosa moral supaya menjadi saleh dan masuk surga melainkan menyerahkan segenap diri masuk dan menerima pemerintahan Allah. Alasan pertobatan adalah Kerajaan. Kelahiran baru kitapun bertujuan membawa kita masuk ke dalam kerajaanNya (Yoh 3:3).
".....Bagi Dia yang mengasihi kita, dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan....." (Wahyu 1:5-6). Sasaran akhir penebusan adalah menjadikan kita suatu kerajaan. Berita pada awal, sepanjang, sampai akhir pelayananNya, berpusat pada berita Kerajaan (Mat 4:17, Kis 1:3). Berita Yohanes Pembaptis juga berita kerajaan. Bahkan Paulus pun berusaha meyakinkan orang-orang tentang Kerajaan Allah (Kis 19:8). Apa berita kita? Sekedar menciptakan daya tarik pribadi bagi pendengar karena berita yang emosional dan menyentuh kebutuhan ? Dari sudut pandang manusia dengan segala kebutuhannya atau dari sudut pandang Allah? Bertitik awal dari dosa, kegelisahan dan kesedihan manusia atau bertitik tolak kepada berita yang mengembalikan kita kepada pemerintahan kerajaanNya? Kita diutus untuk memberitakan Kerajaan Allah (Luk 9:2)...bukan yang lain! Yang lain hanyalah tambahannya. Mencari Kerajaan Nya dahulu, baru semuanya ditambahkan kepadamu (Mat 6:33). Solusi Tuhan Yesus bagi kekalutan dan penderitaan masyarakat Yahudi, di bawah penjajahan kekaisaran Romawi pada waktu itu, adalah "Kerajaan Allah sudah dekat." Solusi seluruh problema kehidupan adalah datang kepada Kerajaan Allah.
Apa berita kita?
Nasionalisme yang Memudar
Serbuan budaya asing (inkulturasi) yang sarat dengan hedonisme dan pemuasan diri secara materialistik semakin menipiskan lapisan kerohanian anak negeri. Sekedar hidup berkonsentrasi mengejar trend dari fashion sampai gadget telah memudarkan konsentrasi kepada membangun bangsa. Pada dasarnya setelah kita berhenti bergumul dan menangis bagi diri sendiri barulah kita dapat bergumul dan menangis bagi sesuatu yang di luar diri kita.
FT berkata:"Seluruh makhluk sedang menantikan saatnya anak2 Allah dinyatakan."..Termasuk Indonesia yang sedang sakit sedang menantikan kita. Bangkitkan pesan kita..lagu kita..gairah dan visi kita! Sambil mengingat bait dari lagu lawas dari album teman2 COP(Celebration of Praise)..yang menjadi lagu favorit saya di era 90-an semasa saya masih melihat pergerakkan mahasiswa Kristen yang murni dan berkebangunan rohani: "...Indonesia nantikan curahan RohMu..Indonesia rindu kemuliaanMu..Inilah doaku...slamatkan Indonesia..itulah kerinduanku..".
Renewing Your Mind
Bible said: "...BERUBAHLAH oleh PEMBAHARUAN BUDI-mu, sehingga kamu dapat membedakan manakah KEHENDAK ALLAH: apa yang baik, yang bekenan kepada Allah dan yang SEMPURNA."