Saturday, February 23, 2008

PENYELARASAN CARA BERPIKIR

Kolose 3:1-2 menyinggung dua kata penting bagi kita yaitu “CARILAH” dan “PIKIRKANLAH.” Saat Paulus menyinggung tentang ‘carilah dan pikirkanlah perkara di atas’, yang sedang dia maksudkan adalah bahwa kita harus mencari dan memikirkan perkara Kerajaan. Saya jadi teringat dengan pernyataan Yesus dalam Matius 6:33, yang juga menyinggung hal yang sama --- “Carilah Kerajaan Allah dan Kebenarannya ...”. Setahu saya, apabila terjadi pengulangan dalam sebuah pengajaran atau pernyataan, maka hal tersebut tentulah merupakan sesuatu yang penting dan harus menjadi pusat perhatian serta pertimbangan kita.

Secara jujur, konsep ‘mencari dan berpikir Kerajaan Allah’ pada tahap awal merupakan sesuatu yang masih bersifat abstrak bagi saya. Itulah sebabnya saya mencoba untuk mencari tahu makna dari masing-masing kata tersebut di atas. Berikut adalah kesimpulan yang saya peroleh dalam pembelajaran pribadi.

  • Ketika Paulus menyinggung kata ‘carilah’ -- (zeteo), maka maksud inti dari Paulus adalah meminta agar jemaat di Kolose mencari dan menemukan Kerajaan Allah tersebut melalui sebuah proses merenung.

  • Di sisi yang lain, Paulus juga menyinggung kata ‘pikirkanlah’ -- (phroneo), yang sebenarnya memiliki maksud agar jemaat Kolose menyelaraskan cara berpikir mereka dengan cara berpikir Kerajaan, sehingga terjadilah sebuah harmoni di dalamnya.

Bagi saya, penemuan bermakna ini telah mengingatkan saya kepada beberapa cerita tertentu yang pernah terbaca dalam Alkitab sebelumnya. Dalam Matius 13:10-11, ketika murid-murid Yesus bertanya tentang mengapa Dia berkata-kata tentang Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan, maka jawab Yesus kepada mereka: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga...” Dengan kata lain, karunia itu sudah diberikan. Semua orang yang telah masuk dalam Kerajaan Allah, seharusnya memahami aturan main Kerajaan. Namun mengapa tidak banyak orang memahami nilai-nilai penting dalam Kerajaan? Ternyata karena kita tidak berupaya untuk menemukan rahasia dari Kerajaan dengan melalui sebuah proses perenungan. Kita ternyata lebih menyukai kegiatan plagiat. Mencangkok penemuan orang lain. Menyibukkan diri untuk mengejar sumber atau orang tertentu, supaya kita dapat menemukan sebuah pencerahan. Pada kenyataannya, apabila karunia dan proses perenungan digabungkan, maka sebenarnya kita akan menemukan penyingkapan rahasia Kerajaan yang ternyata tersembunyi bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan.

Paulus mengajarkan kita bahwa melampaui proses perenungan saja ternyata tidak cukup. Setelah kita mengalami penemuan makna Kerajaan, maka seharusnya kita berupaya untuk menyelaraskan cara berpikir kita dengan Kerajaan itu sendiri. Penyelarasan cara berpikir akan membuat kita dengan mudah menghasilkan tindakan-tindakan Kerajaan dalam kehidupan natural kita. Saya semakin yakin bahwa ternyata menghidupi aturan main Kerajaan sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang sukar bagi kita, apabila telah terjadi keharmonian berpikir antara kita dengan Tuhan. Roma 12:2 menegaskan kepada kita bahwa apabila cara berpikir kita telah mengalami penyelarasan dengan cara berpikir Tuhan, maka kita akan dapat membedakan mana kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Kekristenan akan menjadi sebuah kehidupan yang menyenangkan, berkualitas dan berkuasa.

Namun ternyata harus kita akui bahwa agama telah merupakan musuh terbesar yang menghalangi kita untuk menjadi manusia yang menghidupi aturan main Kerajaan. Mengapa? Sebab agama telah membuat orang lebih condong untuk memaksakan Tuhan menyelaraskan cara berpikir-Nya dengan manusia. Jika cara berpikir Tuhan tidak sesuai dengan cara berpikir kita, maka dengan sangat rela kita berani memutuskan untuk menyingkirkan cara berpikir Tuhan. Itulah sebabnya jika kita belajar Kolose pasal 2:16-23, maka kita akan menemukan bahwa agama telah dengan sengaja menutup diri bahkan membunuh cara berpikir Tuhan. Agama akan selalu menghasilkan orang-orang munafik, sangat jauh dari kualitas.

Saya baru mengalami pencerahan mengenai makna dari pernyataan “kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Kuasa perenungan, penemuan makna Kerajaan, penyelarasan cara berpikir kita dengan cara berpikir Kerajaan ternyata akan membebaskan kita dari belenggu agama. Sebuah belenggu yang akan semakin menjauhkan kita dari sebuah kehidupan yang berkerajaan.

Friday, February 15, 2008

Kenyang?

Firman Tuhan menceritakan: "Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepadaNya: Rabi, bilamana Engkau tiba di sini? Yesus menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang....Kata Yesus kepada mereka: Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi...Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: barangsiapa makan daripadanya, ia tidak akan mati." (Yohanes 6:25,26,35,48,49,50).

Ada beberapa hal dari ayat-ayat diatas yang kita bisa pelajari. Yang pertama, adalah fakta bahwa yang mengenyangkan orang-orang bukan tanda-tanda tapi "makan" kehidupan Yesus sebagai roti hidup. ALASAN MEREKA MENCARI YESUS ADALAH "MAKAN ROTI DAN KENYANG"...bukan tanda-tanda. Beberapa kali kitab-kitab Injil menceritakan bahwa orang-orang melihat tanda-tanda yang Yesus adakan lalu mereka percaya. Tapi percaya berbeda dengan kenyang. Meski kitab Ibrani 1:4 menulis bahwa maksud tanda, mujizat, dan berbagai penyataan kekuasaan dari Allah adalah peneguhan kesaksian maka tetap saja tanda dan mujizat tidak pernah dirancang untuk "mengenyangkan."...termasuk tanda-tanda yang menyertai orang percaya seperti yang disebutkan di dalam Injil Markus 16:17-18. Hal yang patut diperhatikan, yaitu ketidakseimbangan dan dis-orientasi. Ketidakseimbangannya terletak pada eforia mengejar pelayanan yang ber"tanda-tanda" tapi melupakan faktor "kenyang"-nya jiwa-jiwa. Orientasi dan tujuan terjauhnya semestinya adalah "kenyang makan hidup Yesus, sang Roti Hidup"...artinya menyatunya hidup kita dengan hidupNya..mempersekutukan diri kita dengan diriNya adalah pengejaran yang utama! Mengejar kesehatian dengan diriNya dan kehendakNya...menyatu dengan tujuan dan misi KerajaanNya! Jika tidak demikian maka buah dari pelayanan kita adalah para kerdil rohani yang haus tanda seperti golongan Saduki tapi tidak beranjak dewasa. Hanya menjadi bayi-bayi rohani yang senang dan terbius oleh berita: sembuh, kaya, sukses, terlepas, dan "tanda-tanda" lainnya. "Aku di dalam kamu dan kamu di dalam Aku" merupakan esensi. "Makan" pikiranNya, perasaanNya, kemauanNya dan pribadiNya. Raihlah keseimbangan...peneguhan berita oleh tanda-tanda tetapi juga menjadi kenyang dengan hidupNya.
Hal kedua yang bisa kita pelajari adalah keteladanan dari cara Yesus melayani. Meskipun Dia membuat tanda-tanda namun Dia tetap konsisten memberi diriNya lebih dari sekedar kuasa dan karismaNya...Dia tetap lantang mengatakan "makan Roti Hidup..AKULAH roti hidup itu....Kata "Akulah" berarti keseluruhan dari diriNya! Selalu tidak pernah cukup jika kita hanya memberi kotbah kita, karunia kita dan acara kebaktian kita. Yesus menjadi model pelayanan kita yang memberi keseluruhan diri. Paulus juga berkata "Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi." (I Tes 2:8).Yang menarik, Paulus mengatakan"dalam kasih sayang yang besar" dan "kamu telah kami kasihi"...jadi membagi kehidupan kita merupakan hasil dari cinta kasih kita! Pertanyaannya adalah: seberapa kasih kita untuk melayani orang-orang yang Tuhan percayakan pada kita? Semoga carut marutnya konsep pelayanan hari ini menyadarkan kita untuk benahi diri dan kembali kepada esensi melayani. Marilah kita belajar memberi seluruh hidup dan cinta kita lebih dari sekedar kotbah dan karunia kita. Biarlah hidup Yesus di dalam hidup kita mengenyangkan mereka!

Wednesday, February 13, 2008

Transformasi "Abrakadabra' ?

Bicara transformasi berarti merubah sebuah bangsa. Dan saya percaya transformasi itu berproses. Tidak dengan cara "abrakadabra". Beberapa tahun yang lalu orang-orang memiliki utopia dan harapan bahwa dengan acara transformasi, dimana para pemimpin rohani yang senior bergandengan tangan, merestitusi kesalahan masing-masing sambil menangis, maka transformasi akan segera terjadi. Bahkan dengan berani pada tahun 2003 ada tokoh Kristen yang mengatakan bahwa tahun 2005 adalah tahun transformasi. Tidak sesederhana itu kenyataannya. Bahkan ini sudah tahun 2008 dan segalanya seakan menjadi makin tidak mudah. Tengok saja keadaan bangsa ini dalam segala aspeknya. Benar dugaan saya semula. Transformasi itu berproses dan tidak terjadi serta merta dengan bermodalkan niatan baik saja, komitmen bersama di atas panggung dalam sebuah "acara transformasi" yang dramatis saja yang menghabiskan dana pula, kemudian turun ke jalan untuk bagi-bagi supermie dan buka sekolah serta klinik kesehatan gratis. Ada teman di Jakarta yang meneliti bahwa ternyata setelah acara-acara tranformasi digelar malah justru kasus perpecahan gereja-gereja bertambah secara kuantitas. Ironis! Sekarangpun sudah jarang terdengar santer lagi istilah transformasi, paling tidak tak sesemarak dulu lagi. Dimana pendekar-pendekar transformasi? Transformasi secara struktural sudah terjadi yang ditandai dengan rubuhnya rezim Soeharto karena gelombang gerakan reformasi tahun 1998. Tapi efek dari transformasi struktural hanyalah menunjukkan seberapa parah keadaan negeri kita sebenarnya. Semua kebobrokkan berbangsa dan bernegara dibongkar pada waktu itu. Itu baik...untuk menunjukkan sampai dimana kehancuran kita. Kita toh tidak mungkin bertobat kalau kita tidak mengerti apakah kita berdosa atau tidak. Tetapi sekian tahun era reformasi yang kita masuki tetap saja tidak terlihat perubahan yang spektakuler seperti yang menjadi harapan dan khayalan semua orang. Harapan yang tidak realistis memang, mengingat sudah parahnya kondisi kita sebagai bangsa yang dihancurkan secara perlahan sekian puluh tahun lamanya. Ada cara lain. Yaitu cara transformasi supra-struktural (supranatural). Atau cara adi kodrati melalui kebangunan rohani. Ini juga baik. Disebut juga cara Niniwe. Tetapi kisah-kisah kebangunan rohani yang besar di Alkitab toh tidak menunjukkan berefek panjang. Sebagai contoh, kisah kebangunan rohani di Niniwe melalui Yunus. Hanya dua kitab setelahnya, dan memang hanya hitungan beberapa tahun saja, diceritakan tangan Tuhan kembali teracung dalam murka penghukuman atas Niniwe. Demikian juga cerita kebangunan-kebangunan rohani yang lain, termasuk kisah-kisah kebangunan rohani modern. Kebangunan rohani yang sering didahului dengan doa puasa dan ratap tangis permohonan akan lawatan Allah pada kenyataannya tidak berlangsung dalam tempo panjang. Dia dimaksudkan untuk memberi kebangkitan,perspektif,penyegaran dan pembaharuan dalam kehidupan umat Tuhan tetapi kemudian harus dilanjutkan dengan misi dan aksi nyata menuntaskan kehendak Bapa. Lalu bagaimana sekarang? Tengoklah kembali Alkitab. Konsep transformasi di Alkitab yang merubah sebuah bangsa selalu berkaitan dengan konsep transformasi Infrastruktural. Artinya perubahan yang paling mendasar, dalam hal ini menyiapkan kepemimpinan. Mari belajar dari tranformator di Alkitab. Orang yang paling berpengaruh dalam merubah bangsa tentu bisa kita pelajari kehidupannya. Daniel yang merubah dan mentransformasi negeri Babel dan Persia. Yusuf yang menjadi berkat bagi bangsanya dan bangsa Mesir sekaligus. Daud yang membawa Israel menjadi bangsa yang mulia,terhormat dan makmur dalam jangka panjang. Mereka transformator..berurusan langsung dengan merubah sebuah bangsa. Apa yang kita bisa pelajari dari mereka? Pertama, mereka telah disiapkan jauh-jauh hari di masa muda mereka. Karir Daud sebagai transformator dimulai saat dia berumur 17 tahun mengalahkan Goliat yang kemudian menjadikan dia pemimpin seluruh pasukan tempur Israel dan dilanjutkan dengan karir raja Yehuda , pada akhirnya menjadi raja atas seluruh Israel. Daniel dibawa ke Babel saat berusia 18 tahun. Yusuf dilempar ke sumur dan mengawali petualangan karirnya dari sana saat dia berusia 17 tahun. Ada benang merahnya: persiapan pada usia muda. Yang kedua, mereka punya karakter dan tanda-tanda seorang transformator. Daniel punya kualitas (itu sebabnya pemerintah berganti 4 kali tapi dia tidak diganti), prinsip (tidak mau menajiskan diri dengan makanan raja, rela makan sayur saja dan tidak berkompromi dengan prinsip-prinsip kafir), dan kedisiplinan hidup (berdoa "seperti yang biasa dilakukannya"). Yusuf memiliki mimpi (yang membuat dia bertahan dalam tekanan apapun juga, tidak pernah menyerah sebelum mimpinya terwujud). Daud memiliki keberanian membela Tuhan dan kebenaran. Yang ketiga, mereka masuk di jalur kepemimpinan. Daniel sebagai penasihat raja yang akhirnya membawa dia sebagai pemimpin nomor dua di kerajaan Babel. Yusuf sebagai orang kedua di Mesir. Daud sebagai pemimpin pasukan yang membawanya jadi raja. Kesimpulannya, kita perlu membidik,menyiapkan dan memberdayakan anak muda. Kemudian mempertajam karakter-karakter transformator dalam diri mereka. Mengambil mereka dari tengah-tengah generasi muda yang tidak punya mimpi, takut gagal,takut sulit dan takut menyatakan fakta kebenaran, bermental mediokritas(setengah-setengah) dan asal jadi, tidak punya prinsip serta tidak disiplin. Sebaliknya kita mendidik mereka menjadi anak muda yang punya mimpi, keberanian, kualitas, disiplin dan prinsip-prinsip kehidupan. Yang terakhir, melepaskan mereka sejak dini untuk ambil posisi-posisi kepemimpinan dalam multidimensional, menjadi yang terbaik dalam hal apapun yang mereka kerjakan. Kelak, lima belas tahun atau duapuluh tahun dari sekarang, negeri ini akan datang pada gereja, dan berterimakasih karena pemimpin-pemimpin yang takut akan Tuhan, adil, jujur, berkualitas, bermoral dan cerdas yang dihasilkan. Bukan jalan singkat dan mudah memang tetapi seperti itulah cara Tuhan mentransformasi negeri. Anak muda bukan warga kelas dua seperti biasa mereka diperlakukan di gereja-gereja kebanyakan. Mereka subyek dan pelaku sejarah...bukan obyek yang diperalat untuk maksud-maksud kepemimpinan yang tidak tulus. Jika tidak dimulai dari hari ini kapan lagi transformasi? Mari berdoa dan mengerang untuk bangsa ini sambil terus berkarya nyata. Menyiapkan sejak hari ini berarti menyiapkan masa depan negeri.

Wednesday, February 6, 2008

Makin Tinggi Bangunannya, Makin Dalam Fondasinya

Hi guys, aku dan pak Otniel Lumowa hari ini dan besok ada pelatihan "7 Prinsip Dasar Kehidupan" yang diadakan di kota Tegal dan dihadiri pemimpin-pemimpin dari 10 kota pantura Jateng. Kami berdua selalu enjoy banget melengkapi pemimpin-pemimpin pergerakkan dalam hal yang penting dan tidak bisa dikompromikan ini. Prinsip dasar.
Sudah banyak contoh dari sekian "greatman of God" yang ada dan pergerakkan-pergerakan besar yang mengalami tumbang dan habis cerita, dengan "ending" yang memalukan serta dilupakan. Ironisnya cerita sedih itu justru berawal mula dari tidak adanya perhatian dan pembangunan yang serius dari prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan dan pergerakan. Di kemudian hari akan menjadi terlambat disadari, bahkan susah mengumpulkan lagi serpihan-serpihan bekas bangunan yang terserak dan rusak.
FT mengatakan "Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?" (Maz 11:3). Kalimat tanya yang kita tahu jawabannya: orang benar tidak bisa berbuat apa-apa bila dasar-dasar dihancurkan! Musuh kita juga tahu hal tersebut jadi dia mengarahkan seluruh pukulan dan serangannya kepada perkara-perkara dasar yang belum dibangun kokoh dalam hidup, pelayanan dan pergerakan kita. Musuh tidak takut dan grogi jika kita hanya membangun pergerakkan yang kuat, cepat dan inspirasional saja tetapi tidak diatas fondasi yang kokoh. Kegagalan dan kekalahan sudah tergambar di depan mata. Dia biarkan kita lakukan apa saja kecuali meletakkan dan memperkokoh dasar-dasar.
Paulus menyebut dirinya sebagai ahli bangunan yang cakap yang telah meletakkan dasar dan kemudian orang lain membangun terus diatasnya.(1 Kor 3:10-11). Harus diakui bahwa Paulus menjadi rasul pertama yang menembus kebanyakan daerah misi yang baru di luar wilayah Israel. Banyak pekerjaan misi peletakkan dasar di seluruh Asia Kecil yang terjadi karena kiprahnya. Baru setelah dia pergi orang lain membangun diatasnya. Maka tidak disangkali bahwa kejayaan gereja mula-mula di banyak bagian dunia pada waktu itu karena konsistensinya sebagai "rasul peletak dasar". Dasar-dasar gereja waktu itu menjadi kuat untuk dilanjutkan dari kemuliaan kepada kemuliaan yang semakin besar. Dia memang ahli bangunan yang cakap...karenanya pergerakan berjalan kuat...dan sejarah dibuat.
Yesus juga mengingatkan tentang dua macam rumah: yang berfondasi pasir dan yang berdasar batu. Yang kokoh adalah orang yang mendengar perkataanNya dan taat . Maka saat angin, banjir dan hujan datang rumah itu tidak rubuh. Betapa menyedihkannya kalo kita melihat sebuah pergerakan rubuh karena tidak tahan "hujan" berkat, dihempas rupa-rupa "angin" pengajaran dan diterjang "banjir" arus keduniawian. Apakah "pasir" kita? Pasir adalah sesuatu yang mudah bergeser dan tidak solid...sangat riskan membangun sesuatu yang besar dan mulia diatasnya. Bisa saja ada pasir di motif kita, karakter kita atau nilai-nilai kita.
Semakin tinggi bangunannya harus semakin dalam dan kuat fondasinya. Anda mau tahu kekuatan sebuah bangunan? Lihatlah dasarnya! Anda mau tahu dari manakah sebuah rumah mulai dibangun? Dari fondasinya! Pastikan diatas sebuah apa dan mulai dari mana Anda membangun rumah kehidupan Anda!
Cinta uang dan roh materialistik --yang diwakili oleh kisah Ananias dan Safira-- telah dikalahkan sejak awal oleh gereja mula-mula sehingga dalam perjalanan pergerakan selanjutnya tidak lagi habis energi untuk digoncang perkara-perkara dasar terus-menerus. Sejak awal Yesus menyerukan: pilih aku atau Mamon. Dia tangani sejak awal perkara-perkara dan komitmen-komitmen yang mendasar. Menurut para ahli, prinsip-prinsip tentang keuangan dan pengampunan bahkan menjadi topik paling sering yang Yesus bahas di Injil. Tanpa kedewasaan yang cukup dalam prinsip pengampunan hubungan-hubungan yang rusak bisa menceraikan beraikan pergerakan. Tanpa prinsip tanggung jawab dan belajar merestitusi hati nurani maka kemunafikan dan kesalahan yang tidak terlihat diatas permukaan akan mencederai kemurnian pergerakan. Tanpa prinsip penyerahan hak maka akan ada banyak luka,pahit dan amarah karena hak-hak yang terambil oleh orang lain atau ketidak siapan terhadap tuntutan pergerakan yang sepenuhnya memberi diri dan menanggalkan banyak hak pribadi. Tanpa prinsip dasar untuk tinggal dalam Kristus maka pergerakan dan kehidupan dijalankan dengan kekuatan Taurat dan cucuran keringat yang melelahkan.
Itulah sebagian point yang dengan penuh antusias yang akan kami bagikan kepada rekan-rekan pemimpin pergerakan di pantura Jateng sore ini sampai besok malam. Senang sekali dipercayai tugas meletakkan dasar. Itu sama artinya dengan menyiapkan masa depan yang kokoh dan anti roboh. Awasi dasar-dasarmu, alami Kristus Batu Penjuru ! Salam pergerakkan.

PROSES MEMPENGARUHI KUALITAS

"We're all a product of where we've been." Hasil instant adalah sebuah bentuk pelecehan mendasar terhadap makna proses. Menariknya, dalam realita kehidupan yang dijalani, Yesus lebih memilih untuk memaknai kehidupan dengan proses.

Bagi Yesus, proses adalah sebuah percepatan untuk mencapai maksud inti Bapa-Nya. Itulah sebabnya mengapa dengan berani Dia melontarkan kalimat-kalimat yang berkekuatan untuk membungkamkan cara berpikir instant. Kalimat-kalimat yang saya maksudkan adalah:
  • "Biarlah itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." (Matius 3:15). Proses merendahkan diri.
  • "Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?" (Matius 26:54). Proses teraniaya sampai mati.
Kualitas kehidupan Yesus ternyata adalah sebuah product yang muncul karena Dia pernah menjejakkan kaki pada setiap tempat pemrosesan. Bekas pijakan kaki yang ditinggalkan-Nya dengan kepala tegak itu, ternyata telah mengukir penambahan kualitas dalam diri Yesus.

Saya rasa, kita harus melatih diri untuk bukan sekedar menyoroti kualitas kehidupan seseorang, namun juga proses yang mereka pilih untuk jalani dengan kesadaran penuh akan kehendak Tuhan. Setahu saya, Alkitab tidak hanya secara transparan menyoroti tentang kualitas hidup Yesus semata, namun juga keputusan-keputusan yang Dia lahirkan dengan cucuran air mata serta pergulatan jiwani dalam sebuah proses.

Berpikir proses, menjalani dan menghargainya, akan mempercepat langkah kita kepada pencapaian kualitas Ilahi. "Welcome to the reality of quality!"

Tuesday, February 5, 2008

Kerinduan Kepada Pemerintahan Allah

Rekan - rekan,
Kalau sekarang kita mulai getol dengan pimbicaraan soal "KINGDOM" sebenarnya boleh dibilang terlambat dibandingkan dengan apa yang ada di dunia. Tapi toh ngak apa - apa karena kita tetap bergerak dengan waku Tuhan, bukan waktu kita. Apa yang saya maksudkan dengan kata "Terlambat". Lihatlah berita dari mimbar - mimbar dan bagaimana kerinduan dari jemaat - jemaat, adakan survey, pasti kita akan yakin akan hal itu.
Kerinduan akan Pemerintahan Allah???
Apa ini ?? ini yang saya maksudkan : pernahkan kita memperhatkan di Indonesia apa yang sedang dipelopori, diperjuangkan oleh saudara sepupu kita khususnya oleh Hizbut Tahrir adalah adanya pemerntahan Kalifah ( Pemerintahan dengan Prinsip Allah ). Nah, dalam hidup mereka ada sangat kuat kehausan akan Pemerintaan Allah. Kenapa itu terjadi??? Jawabannya : karena GEREJA GAGAL ( Gereja yang adalah ekpresi lokal dari Kerajaan Allah ), gagal di dalam "BERITA" seperti yang di pesankan Yesus, gagal menjadi "BERITA"itu sendiri. Saya bayangkan kalau setiap orang percaya sungguh menghidupi "Gaya Hidup Kerajaan" seperti yang Tuhan Yesus maksudkan maka tak akan ada kerinduan seperti itu di dunia ini. Gereja harus bisa memberi jawaban bahwa kerinduan kepada pemerintahan Allah seperti yang saudara sepupu maksudkan, dimana orang - orangnya tunduk pada Otoritas Illahi itu ada dalam Gereja Tuhan dan kalau itu terus berkembang seperti ragi yang berpengaruh maka kehausan mereka sudah terjawab.
Mari terus hidup dan menghidupi Berita yang kita bawa.

SAYA BERGABUNG

Hallo, saya Otniel apa kabar rekan - rekan pergerakan???? pengen bagi - bagi bagi kalian semua

Mengimpartasi Proses Bukan Hanya Memindahkan Hasil

Hei friends, gimana kabar kalian?
Aku merasa bahwa kebenaran tentang pembapaan harus kita cermati lebih jeli dalam implementasinya supaya lebih kuat pengaruhnya...kepada orang-orang yang Tuhan percayakan kepada kita. Jangan sampai terjebak memindahkan hasilnya tanpa mengimpartasi prosesnya. Mentalitas "copy-paste hasil" -dari murid kepada gurunya- adalah berbahaya. Ada kecenderungan dalam proses pembapaan upaya pemberian ikan tanpa menyertakan pancingnya. Sehingga petualangan berpikir dan merenung serta pengalaman kehidupan yang penuh rasa sakit, gelak tawa, kebingungan, keresahan, kebahagiaan, ketakutan tidak sempat teramati sebagai proses pembelajaran kehidupan.
Saya kira waktu Yesus berkata kepada muridNya: Ikut Aku! itu bukan saja berarti mengikuti kumpulan ide-ideNya dan perjalanan geografisNya saja tapi juga mengikuti keseluruhan cerita lengkap proses penuntasan karyaNya...di masa-masa pergumulan hingga kemenangan...melalui hidup bersamaNya. Ikut Aku sama artinya dengan ikut prosesKu! Oleh karena itu impartasi "hasil jadi" saja berupa pengajaran, ide-ide dan "karya-karya yang telah utuh" lainnya lewat seminar atau acara triwulanan tidak akan pernah cukup untuk melahirkan anak-anak rohani yang kuat, matang dan ulet. Terima jadi dan instan saja. Mereka perlu belajar dari ayah rohaninya tentang "mencari dan makan sendiri"..dengan mengikuti, merasa dan melihat apa yang bapa nya pernah lalui. Cara belajar "melihat dan menangkap" jelaslah jauh lebih berkuasa ketimbang mendengar saja. Selepas Yesus naik ke sorga maka murid-muridNya tidak tenggelam begitu lama dalam kesedihan dan kepasifan melainkan melanjutkan tugas dan misi gurunya. Kenapa mereka bisa langsung melanjutkannya? Sederhana. Karena mereka telah bergaul dengan gurunya dan mengamati proses guruNya mengerjakan apa saja di masa 3,5 tahun persekutuan dengan mereka. Mereka mengingatnya dan mengerjakannya...persis seperti yang mereka lihat dari hari ke hari saat bersama gurunya. Ketergantungan yang berkualitas!

Sekalipun mungkin menolong, blog di dunia maya seperti ini, jelas tidak bisa mewakili sebuah impartasi proses yang penuh pergumulan, airmata, gelak tawa, emosional, kegelisahan dan ketakutan. Padahal itu merupakan sumber pembelajaran menghadapi kenyataan-kenyataan hidup yang tak terhindari dalam rangka menyelesaikan kehendakNya. Ada kewajaran, kenaturalan dan kejujuran yang menambahkan kekuatan dalam hubungan pembapaan. Bagaimana merespon dan menghadapi sesuatu, mengenakan sebuah hikmat, melakukan pilihan-pilihan atas berbagai hal dan menyelesaikan dengan benar sebuah pekerjaan merupakan hal-hal yang diamati dalam sebuah proses kehidupan...dalam sebuah hubungan bapa anak yang tidak mistik! Nyata, teraba dan terasa!

Pengertian tersebut tidak mudah dipahami bagi guru dan bapa yang ja'im (jaga image) dengan segala sisi kehidupan misteriusnya...jauh dari kesan "surat terbuka" yang dibaca orang. Impartasikanlah prosesnya bukan sekedar ide dan hasilnya! Akibatnya, daripada sekedar menghasilkan anak-anak gampang, maka yang dihasilkan adalah anak-anak rohani yang tumbuh cerdas, kreatif, ulet dan mandiri. Cara pembelajaran yang paling berkuasa!

Monday, February 4, 2008

Uniformitas membunuh otentisitas.

Keseragaman membunuh keaslian.
Keseragaman adalah hal yang berbahaya. Mentalitas fotocopy juga mengkerdilkan kreatifitas. Saat kita mencoba memakai cara orang lain, program gereja lain, module pengajaran komunitas lain perlulah berhati- hati spy tdk membunuh hal-hal genuine yang Allah sudah beri pada kita, untuk kita berdayakan dan kembangkan. Mentalitas focopy memang memberi jalan yang mudah, sedikit ongkos dan resiko tetapi meniadakan proses penemuan dan pembelajaran (self discovery). Apalagi Tuhan pada dasarnya menyukai keberagaman. Fotocopy-pun selalu menempatkan kita menjadi" nomor dua". Yesus sendiri sembuhkan orang sakit tidak selalu berkutat pd metoda ttt. Dia pilih murid juga tidak dengan tipikal atau kepribadian ttt. Jalan- jalanNya kreatif, tak terselami, penuh kejutan dan original. Mestinya kita tidak terlalu puas dan berbangga diri sbg gereja, institusi ato pribadi jika metoda dan module pengajaran atau pola kita dicopy mentah2 oleh org ato komunitas lain. Pada titik ttt no problemo. Pada tingkat pertumbuhan rohani ttt its ok. Pada situasi darurat ttt msh bisa dimaklumi. Tetapi jk dlm prosesnya kita lupa menolong membangkitkan kesejatian dan keotentikan pd diri org lain maka semuanya hanyalah menjadi proses pembunuhan originalitas. Apalagi kedua belah pihak menikmati proses keterpelesatan tsb...yg satu senang pakai brg siap pake, yang lain suka dijadikan pahlawan kesiangan yg berusaha menggantikan Tuhan sbg tempat ketergantungan yg utama. Apa ukuran sukses kita? Apakah pada saat org lain ( alasan kita: " jadi berkat") mengcopy dan tergantung pd kita? Bukankah keberhasilan kita terletak justru pada
seberapa dan sejauh mana kita bawa org2 tergantung pada Tuhan dan bukan tergantung pada kita?
Alkitab memberitahu kita bhw di dlm kita sdh ada urapan yg mengajar kita. Meski ada jawatan pengajar di dlm gereja, bukan berarti kita tidak bertumbuh dalam mendengar urapan di dalam kita.Karena urapan di dalam kita merupakan " internal guidance system" dr Tuhan untuk menolong umatNya berjalan scr otentik dan spesifik sbg bagian dari generasi Perjanjian Baru. Perlu hati hati juga dng buku- buku panduan saat teduh, buku panduan bgmn menyembah dan buku panduan tata cara melangsungkan sebuah pertemuan, dsb , yg mungkin tujuan awal dan semangat menolongnya bagus, tetapi jk berujung pada "addicted" maka hal tsb telah menghalangi org2 menemukan caranya, originalitasnya, proses uniknya, dan "suara Tuhannya" sendiri. Perlu berhati2 dengan proses mentoring yang hari2 ini lg ngetrend. Upaya memberdaya ato memperdaya? Proses mentoring adalah pertolongan menemukan keaslian
bukan upaya pendiktean
. Semoga masyarakat gereja dan anak2 Kerajaan menjadi lebih aware dan bijak. Pasti kita punya yang unik dan khas dr Tuhan sbg sebuah serpihan gambar dr Tuhan ttg kehendak dan rencanaNya yg org lain tidak memilikinya. Dia sendiri memyebut diriNya Allah Abraham, Allah Yakub, Allah Ishak..artiNya Dia jg Allah yg terpribadi..suka berperkara scr pribadi. Datang padaNya scr pribadi, berurusanlah scr pribadi dan temukan suara serta kehendakNya sbg originalitas pribadi . Berhentilah dijajah oleh keseragaman!Yang seimbang adalah: tetap hidup di dalam sebuah komunitas Kerajaan dengan nilai interdependensi ( saling ketergantungan yang penuh kualitas) disisi lain tetap saling menolong menemukan genuinitas. Be yourself.

Sunday, February 3, 2008

Salah Berita, Salah Influence

Jika semua berita Yesus adalah tentang Kerajaan Allah betapa mengenaskan bila ternyata berita kita tentang hal-hal yang lain. Jika berita kita keliru maka influence/pengaruhnya juga keliru.
Kata "kerajaan" mempunyai pengertian "pemerintahan yang berdaulat, otoritas sebagai raja". Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah. Bahkan Dia sendirilah kerajaan (Auto Basileia). Jika Allah memerintah maka segala sesuatunya berubah. Diluar pemerintahan Tuhan berarti kekacauan. Perbuatan-perbuatan kita yang salah disebabkan tidak menerima pemerintahan Allah...tidak menerima pengaturannya dalam hidup kita.
Ungkapan "Bertobatlah Kerajaan Allah sudah dekat" bukan berarti sekedar bertobat dari dosa-dosa moral supaya menjadi saleh dan masuk surga melainkan menyerahkan segenap diri masuk dan menerima pemerintahan Allah. Alasan pertobatan adalah Kerajaan. Kelahiran baru kitapun bertujuan membawa kita masuk ke dalam kerajaanNya (Yoh 3:3).
".....Bagi Dia yang mengasihi kita, dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan....." (Wahyu 1:5-6). Sasaran akhir penebusan adalah menjadikan kita suatu kerajaan. Berita pada awal, sepanjang, sampai akhir pelayananNya, berpusat pada berita Kerajaan (Mat 4:17, Kis 1:3). Berita Yohanes Pembaptis juga berita kerajaan. Bahkan Paulus pun berusaha meyakinkan orang-orang tentang Kerajaan Allah (Kis 19:8). Apa berita kita? Sekedar menciptakan daya tarik pribadi bagi pendengar karena berita yang emosional dan menyentuh kebutuhan ? Dari sudut pandang manusia dengan segala kebutuhannya atau dari sudut pandang Allah? Bertitik awal dari dosa, kegelisahan dan kesedihan manusia atau bertitik tolak kepada berita yang mengembalikan kita kepada pemerintahan kerajaanNya? Kita diutus untuk memberitakan Kerajaan Allah (Luk 9:2)...bukan yang lain! Yang lain hanyalah tambahannya. Mencari Kerajaan Nya dahulu, baru semuanya ditambahkan kepadamu (Mat 6:33). Solusi Tuhan Yesus bagi kekalutan dan penderitaan masyarakat Yahudi, di bawah penjajahan kekaisaran Romawi pada waktu itu, adalah "Kerajaan Allah sudah dekat." Solusi seluruh problema kehidupan adalah datang kepada Kerajaan Allah.
Apa berita kita?

Nasionalisme yang Memudar

Ada hal yang cukup membuatku resah akhir2 ini...yaitu tentang cenderung menurunnya kecintaan dan pengabdian generasi muda gereja kepada bangsa sendiri. Memang tidak semuanya bisa dipukul rata kondisinya tetapi toh kenyataannya ada dan mentalitas ini akan meluas jika tidak dicermati. Sebut aja sebagai melemahnya semangat nasionalisme dari generasi muda gereja. Jauh hari sebelum kita ada, Musa telah menjadi contoh untuk hati yang cinta bangsa dengan berkata kepada Tuhan: " Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka, tetapi sekarang , kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu-dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kau tulis." Demi keselamatan bangsanya, sama sekali tidak memikirkan dirinya! Masih ingat di benak ini lawatan Tuhan atas kampus2 di Bandung yang akhirnya semangatnya mencintai Indonesia menyebar dan meluas di kalangan generasi muda gereja...sampai ke kota dan kampus saya di Salatiga!... diekspresikan melalui lagu2 rohani yg sarat dengan pesan cinta bgs Indonesia. Lagu2 rohani yang penuh kuasa yang menggerakkan kebangunan rohani dengan thema misi yang kuat pun tidak lagi sering terdengar dan diciptakan di masa sekarang ini. Ditambah dengan pesan2 tsb tidak lagi kuat di mimbar2 dan forum2 diskusi. Malah digantikan dengan lagu rohani yang bernada melo dengan lirik berfokus hubungan vertikal saja , lbh parah lagi banyak yang liriknya berisi permohonan pada Tuhan untuk berkat dan kebaikan semata...semakin memabukkan umat untuk memikirkan diri sendiri..selfish. Mulai lupa beri diri bagi negeri. Pesan2 dan berita2 pun tidak memberi dorongan yang lebih kuat ke arah visi dan"passion" itu. Tidak salah dengan semua itu..hanya saja segala bentuk ketidakseimbangan adalah bahaya. Tuhan senang kita menyembah Dia dan memohon dari Dia..namun ada juga karya nyata yang Dia harapkan untuk kita kerjakan demi menanggapi perintahNya: "Pergilah.." Tuhan berharap kita berkarya nyata bagi bangsa ini dan mencintai bangsa ini seperti Dia mencintainya. Bagus juga mengingat pesan dari seorang hamba Tuhan yang pernah berkata: Mission without worship: dry up..Worship without mission: blow up...but worship with mission: we will change the world.
Serbuan budaya asing (inkulturasi) yang sarat dengan hedonisme dan pemuasan diri secara materialistik semakin menipiskan lapisan kerohanian anak negeri. Sekedar hidup berkonsentrasi mengejar trend dari fashion sampai gadget telah memudarkan konsentrasi kepada membangun bangsa. Pada dasarnya setelah kita berhenti bergumul dan menangis bagi diri sendiri barulah kita dapat bergumul dan menangis bagi sesuatu yang di luar diri kita.
FT berkata:"Seluruh makhluk sedang menantikan saatnya anak2 Allah dinyatakan."..Termasuk Indonesia yang sedang sakit sedang menantikan kita. Bangkitkan pesan kita..lagu kita..gairah dan visi kita! Sambil mengingat bait dari lagu lawas dari album teman2 COP(Celebration of Praise)..yang menjadi lagu favorit saya di era 90-an semasa saya masih melihat pergerakkan mahasiswa Kristen yang murni dan berkebangunan rohani: "...Indonesia nantikan curahan RohMu..Indonesia rindu kemuliaanMu..Inilah doaku...slamatkan Indonesia..itulah kerinduanku..".

Renewing Your Mind

James Gwee: "People who use BRAINS always get higher returns than those who only use their hands & muscles. That's why God put the head right on top! It has the HIGHEST VALUE !"

Bible said: "...BERUBAHLAH oleh PEMBAHARUAN BUDI-mu, sehingga kamu dapat membedakan manakah KEHENDAK ALLAH: apa yang baik, yang bekenan kepada Allah dan yang SEMPURNA."