Friday, August 8, 2008

Kekuatan Dari Penemuan Kultur Kita

Lihatlah Negara Cina saat sekarang ini. Negara ini tidak punya banyak kandungan minyak bumi pada tanahnya tetapi dapat survive dengan bagus sebagai salah satu negara adidaya yang kekuatannya telah menggetarkan Amerika yang lebih dulu telah mendapatkan pengakuan dunia sebagai negara super power. (Meski pengakuan tentang kebesaran Cina sudah diakui dalam perjalanan sejarah yang panjang di masa lalu). Cina hari ini telah memiliki posisi tawar tertinggi serta terkuat di dunia dalam bidang ekonomi.
Ternyata ada 3 hal yang telah membawa Cina sampai sejauh ini. Yaitu bahwa Cina, baik pemerintah maupun rakyatnya memiliki talenta kuat sejak jaman peradaban awal manusia yang terus dipertahankan hingga hari ini. Tiga talenta itu adalah: adanya kultur bisnis, kultur kerja keras dan kebanggaan yang amat tinggi terhadap negaranya. Tiga aspek ini telah memegang peranan sentral dalam pembangunan RRC yang melesat cepat. Tidak ada negara yang saat ini mampu menandingi kinerja ekonomi Cina yang pertumbuhannya tidak pernah dibawah 9% selama 20 tahun terakhir. Memang sempat ambruk di masa lalu karena talenta tersebut dibenamkan rezim Mao pada era kebudayaan, saat itu perekonomiannya hampir berada dititik nol. Ketika harus berubah, maka Deng Xiao Ping membangkitkan kembali kultur tersebut sehingga Cina menemukan kembali kebesarannya serta menapaki jalan suksesnya lagi.

Kultur adalah kekuatan yang memiliki daya ubah, bahkan sering merubah orang tanpa orang menyadarinya. Meski tidak ada aturan yang tertulis di depan pintu rumah saya bahwa "tamu harap menjaga kebersihan dan bersikap sopan" tetapi setelah Anda memasuki rumah saya maka akan ada atmosfir dan kekuatan yang mendorong Anda untuk dengan sendirinya tidak membuang sampah permen Anda sembarangan dan meletakkan kaki Anda di atas meja ruangan tamu saya. Bahkan saya tidak melarang Anda untuk melakukannya. Anda melakukannya sendiri tanda sadar. Ini dikarenakan budaya kebersihan dan kesopanan di rumah saya yang dicontohkan dan dihidupi oleh seluruh anggota keluarga saya. Nah, walaupun saya sebagai pemimpin institusi keluarga, merupakan sumber ditentukan dan dihidupinya sebuah nilai namun pada akhirnya kultur tersebut menjadi bagian dari kehidupan normal setiap anggota keluarga saya. Dan kultur tersebut telah menjadi kekuatan yang dapat menarik orang dalam radius medan magnetnya untuk mendorong orang berperilaku sesuai budaya yang ada tanpa orang tsb menyadarinya.

Nilai atau kultur/budaya adalah semacam kendaraan menuju visi. Dan visi seperti tujuan sebuah perjalanan. Kendaraan yang tidak tepat atau keliru akan membawa orang menjadi lambat atau bahkan tidak pernah sampai kepada tujuannya. Bayangkan jika kita bepergian ke kutub utara dengan delman atau becak. Visi tertentu akan dicapai dengan nilai atau budaya tertentu pula yang dikembangkan. Bagaimana mungkin bisa tercapai jika visi kita secara ekonomi menjadi salah satu macan Asia tetapi budaya kerja keras dan nilai-nilai bisnis yang tepat tidak kita kembangkan dalam diri kita sebagai bangsa? Budaya malas dan korupsi yang menggantikannya benar-benar malah pada kenyataannya membuat kita terpuruk sebagai bangsa.

Jika kita bertujuan sukses dalam bidang-bidang kehidupan kita maka pertanyaannya adalah: sudahkah kita kembangkan budaya merenungkan kebenaran sebagai gaya hidup kita yang terkuat untuk kita hidupi? "Janganlah Engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi RENUNGKANLAH itu SIANG DAN MALAM, supaya engkau BERTINDAK HATI-HATI sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan BERHASIL DAN engkau akan BERUNTUNG." (Yosua 1:8). Budaya merenungkan kebenaran adalah budaya sukses. Jika kesibukan kita merampas waktu-waktu kita untuk menghidupi kultur tersebut maka itu sama artinya dengan merebut jatah sukses kita.
Jika tujuan kita adalah menuntaskan amanat agung: "....jadikanlah semua bangsa muridKU..." maka sudahkah budaya "pergi" meninggalkan seluruh rasa nyaman dan daerah demarkasi kita menjadi kultur keseharian kita? Jika kita selalu ada di zona nyaman kita, tidak melayangkan pandangan keluar ke arah "ladang sudah menguning" dan kemudian melangkah pergi dari semua batasan kita untuk mencari "semua orang yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia" (Yoh 17:6) maka mungkinkah amanat agung terselesaikan di dalam hidup kita? Visi amanat agung perlu ditunjang pula oleh serentatan kultur amanat agung ...salah satunya seperti kultur "makan dan minum bersama pemungut cukai dan orang berdosa" (Luk 7:34).

Temukan visi sekaligus kulturmu! Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu !

Sunday, August 3, 2008

Digerakkan oleh Jam atau Kompas?

Dalam bukunya "First Things First", Steven R.Covey menyatakan tentang 4 macam kuadran yang menggambarkan macam-macam manusia dalam hal menghidupi kehidupannya dan bekerja. Jenis yang pertama adalah manusia yang berada di area kuadran pertama yang berarti berfokus mengerjakan hal-hal yang "penting dan mendesak" (misal: membayar hutang yang jatuh tempo). Tiga tipe kuadran berikutnya adalah "penting tetapi tidak mendesak" (mis: persiapan sebelum bekerja, istirahat, rekreasi, membaca, berdialog dengan pakar,merenung, dsb), "tidak penting tetapi mendesak" (mis: memperbaiki alat-alat keperluan rumah tangga yang kurang perawatan) dan "tidak penting dan tidak mendesak" (mis: membuang waktu dengan menggosip).

Kita sering tidak waspada dan menyadari pentingnya hidup dalam kuadran: "tidak mendesak tetapi penting." Menurut Steven R.Covey, orang yang sukses adalah orang yang hidup dalam kuadran "penting tetapi mendesak". Orang-orang sukses dalam kerja dan kehidupannya seringkali adalah orang yang dipandu oleh "kompas" bukan "jam"...arah dan bukannya sekedar kepiawaian manajemen waktu.

Saya setuju dengan pendapat tersebut. Kenyataannya sering saya lihat orang yang sangat sibuk tetapi sebenarnya tidak ada hal yang langgeng dan berkualitas yang sedang dia bangun. Hanya sekedar sibuk. Mungkin orang-orang seperti itu berpikir bahwa makin sibuk maka makin merasa sedang berbuat sesuatu yang efektif dan mulia. Sementara hal tersebut sering tidak ada korelasinya, yaitu antara sibuk dan produktif. Yang lebih disayangkan lagi jika ada jenis orang yang pergerakan hidupnya, dengan kegiatan super sibuknya, hanya berdasar pada sasaran dan motif yang tidak esensial.(mis: cinta uang). Jujur saja "virus" tersebut sering terjangkit dalam area pelayanan Kristen.

Mencontoh dari Yesus, maka Dia mendedikasikan seluruh masa pelayananNya untuk membangun orang, bukan pelayanan. Dia jelas tidak malas namun seluruh waktunya sungguh-sungguh punya arah, ber-visi, penuh esensi dan segala hal dalam hidupNya saling terhubung untuk satu tujuan saja: dinyatakanNya Kerajaan BapaNya.

Bagi pelayan-pelayan mimbar memang patut memperhatikan hasil penelitian sebuah riset pertumbuhan gereja yang menyatakan bahwa kotbah mimbar hanya memiliki pengaruh 20% saja dalam rangka mendukung tingkat pertumbuhan rohani jemaat dan komunitas. Selebihnya memang urusan mempersembahkan seluruh kehidupan, konsentrasi, waktu dan segala yang kita punya bagi pekerjaan membangun orang-orang yang Bapa berikan kepada kita. Lebih dari sekedar berpikir sukses, maka seyogyanya kita harus mulai berpikir suksesi...menginvestasikan seluruh hidup kita demi munculnya generasi berikut yang lebih baik. Doa Yesus sebelum Dia mati yang terdapat di dalam Injil Yohanes pasal 17 adalah sebuah doa yang mengandung laporan kepada BapaNya mengenai seluruh misi yang Dia emban selama di dunia dan menariknya doa laporan tersebut bukan tentang semua aktifitas berbagai macam pelayanan yang sudah Dia lakukan dari menyembuhkan banyak orang sakit atau mengusir setan namun laporan tersebut hanya berisi mengenai segala macam hal yang sudah Dia lakukan terhadap muridNya selama Dia hidup dekat bersama mereka. Dalam laporan melalui doaNya kepada BapaNya itu maka Dia berkata: "Aku telah menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan padaKu.." Itulah arti "menyelesaikan pekerjaan" bagi Yesus...Dia membangun orang-orang yang Bapa berikan dan percayakan bagiNya!

Adakah Anda sudah mempunyai "orang-orang yang Bapa berikan" padamu? Dibangunkah mereka olehmu? Sudahkah mereka ada dalam proses suksesimu? Kepada apa dan siapa kau investasikan waktu berkualitasmu? Kesibukan seperti apakah yang Anda miliki dan produktifkah itu jika dikaitkan dengan kehendak Allah dalam hidupmu? Anda sedang menghidupi kuadran "mendesak tetapi tidak penting" atau "penting tetapi tidak mendesak"? Kehidupanmu dipimpin dan digerakkan oleh jadwal atau visi yang esensi? Anda berfokus pada "jam" atau "kompas"?



"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12).