Sunday, February 3, 2008

Nasionalisme yang Memudar

Ada hal yang cukup membuatku resah akhir2 ini...yaitu tentang cenderung menurunnya kecintaan dan pengabdian generasi muda gereja kepada bangsa sendiri. Memang tidak semuanya bisa dipukul rata kondisinya tetapi toh kenyataannya ada dan mentalitas ini akan meluas jika tidak dicermati. Sebut aja sebagai melemahnya semangat nasionalisme dari generasi muda gereja. Jauh hari sebelum kita ada, Musa telah menjadi contoh untuk hati yang cinta bangsa dengan berkata kepada Tuhan: " Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka, tetapi sekarang , kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu-dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kau tulis." Demi keselamatan bangsanya, sama sekali tidak memikirkan dirinya! Masih ingat di benak ini lawatan Tuhan atas kampus2 di Bandung yang akhirnya semangatnya mencintai Indonesia menyebar dan meluas di kalangan generasi muda gereja...sampai ke kota dan kampus saya di Salatiga!... diekspresikan melalui lagu2 rohani yg sarat dengan pesan cinta bgs Indonesia. Lagu2 rohani yang penuh kuasa yang menggerakkan kebangunan rohani dengan thema misi yang kuat pun tidak lagi sering terdengar dan diciptakan di masa sekarang ini. Ditambah dengan pesan2 tsb tidak lagi kuat di mimbar2 dan forum2 diskusi. Malah digantikan dengan lagu rohani yang bernada melo dengan lirik berfokus hubungan vertikal saja , lbh parah lagi banyak yang liriknya berisi permohonan pada Tuhan untuk berkat dan kebaikan semata...semakin memabukkan umat untuk memikirkan diri sendiri..selfish. Mulai lupa beri diri bagi negeri. Pesan2 dan berita2 pun tidak memberi dorongan yang lebih kuat ke arah visi dan"passion" itu. Tidak salah dengan semua itu..hanya saja segala bentuk ketidakseimbangan adalah bahaya. Tuhan senang kita menyembah Dia dan memohon dari Dia..namun ada juga karya nyata yang Dia harapkan untuk kita kerjakan demi menanggapi perintahNya: "Pergilah.." Tuhan berharap kita berkarya nyata bagi bangsa ini dan mencintai bangsa ini seperti Dia mencintainya. Bagus juga mengingat pesan dari seorang hamba Tuhan yang pernah berkata: Mission without worship: dry up..Worship without mission: blow up...but worship with mission: we will change the world.
Serbuan budaya asing (inkulturasi) yang sarat dengan hedonisme dan pemuasan diri secara materialistik semakin menipiskan lapisan kerohanian anak negeri. Sekedar hidup berkonsentrasi mengejar trend dari fashion sampai gadget telah memudarkan konsentrasi kepada membangun bangsa. Pada dasarnya setelah kita berhenti bergumul dan menangis bagi diri sendiri barulah kita dapat bergumul dan menangis bagi sesuatu yang di luar diri kita.
FT berkata:"Seluruh makhluk sedang menantikan saatnya anak2 Allah dinyatakan."..Termasuk Indonesia yang sedang sakit sedang menantikan kita. Bangkitkan pesan kita..lagu kita..gairah dan visi kita! Sambil mengingat bait dari lagu lawas dari album teman2 COP(Celebration of Praise)..yang menjadi lagu favorit saya di era 90-an semasa saya masih melihat pergerakkan mahasiswa Kristen yang murni dan berkebangunan rohani: "...Indonesia nantikan curahan RohMu..Indonesia rindu kemuliaanMu..Inilah doaku...slamatkan Indonesia..itulah kerinduanku..".

3 comments:

Anonymous said...

Beberapa waktu yang lalu beberapa orang dari bangsa kita marah dengan Malaysia yang memakai lagu "Rasa Sayange" sebagai background song dari iklan pariwisatanya mereka. Rasa nasionalisme menjadi terpacu lagi tapi sepertinya tidak ada sikap yang tegas dari bangsa Indonesia berkaitan dengan hal tersebut.
Tidak berhenti disitu, Malaysia mulai klaim lagi bahwa alat musik angklung juga milik mereka. Sampai disini kelihatannya sama seperti pada kasus diatas. Bangsa kita tenang-tenang saja bahkan terkesan tidak peduli.
Terakhir saya baca di Kompas bahwa seni batik juga mau diakui punya nya Malaysia, itu sebabnya mereka gencar membuat kain batik dengan memakai label made in Malaysia, dikatakan oleh surat kabar tersebut bahwa orang Malaysia bisa buat batik dengan corak dan motif yang seperti batik Pekalongan oleh karena ada orang-orang di Indonesia yang ahli dalam bidang itu dan kemudian mereka "dibeli" dengan bayaran yang mahal untuk mengembangkannya di negeri jiran.
Mencermati hal tersebut, di hati kecil saya ada sedikit 'kemarahan' kepada Malaysia yang terus menerus sepertinya mengambil aset-aset penting di segala bidang dari bangsa ini (ingat juga persengketaan perebutan beberapa pulau di blog Ambalat). Rasa cinta akan negeriku membuat marah dan kesal kepada Malaysia datang di hatiku.
Menanggapi tulisan Ko Wing, aku juga jadi berpikir dan mulai melihat sebetulnya segala bidang kehidupan di bangsa kita tanpa terasa sudah dikuasai oleh kerajaan kegelapan. Harusnya kita marah dan merebut kembali bidang-bidang kehidupan itu karena memang sejak semula itu yang Tuhan percayakan kepada kita. Kiranya rasa nasionalisme kita bangkit dan membakar cinta kita pada bangsa Indonesia dengan membawa kembali bangsa ini kepada Tuhan

Cornelius Wing said...

Bravo bro! His Kingdom come, His will be done in Indonesia as it is in heaven!

Nugie said...

Benar,ko Wing. kecenderungan anak-anak muda gereja akhir-akhir ini hanya berputar dalam poros keegoisan kepentingan diri sendiri. boro-boro memikirkan bangsa, memikirkan orang-orang yang ada di sekitarnya pun rasanya cuman lips service aja.
Yang kita tahu, generasi muda gereja sekarang ini kehilangan arah, mereka tidak punya teladan yang kuat -yang mampu menolong mereka memandang kepada kepentingan bangsa. gitu ko, kira-kira.