Friday, February 15, 2008

Kenyang?

Firman Tuhan menceritakan: "Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepadaNya: Rabi, bilamana Engkau tiba di sini? Yesus menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang....Kata Yesus kepada mereka: Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi...Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: barangsiapa makan daripadanya, ia tidak akan mati." (Yohanes 6:25,26,35,48,49,50).

Ada beberapa hal dari ayat-ayat diatas yang kita bisa pelajari. Yang pertama, adalah fakta bahwa yang mengenyangkan orang-orang bukan tanda-tanda tapi "makan" kehidupan Yesus sebagai roti hidup. ALASAN MEREKA MENCARI YESUS ADALAH "MAKAN ROTI DAN KENYANG"...bukan tanda-tanda. Beberapa kali kitab-kitab Injil menceritakan bahwa orang-orang melihat tanda-tanda yang Yesus adakan lalu mereka percaya. Tapi percaya berbeda dengan kenyang. Meski kitab Ibrani 1:4 menulis bahwa maksud tanda, mujizat, dan berbagai penyataan kekuasaan dari Allah adalah peneguhan kesaksian maka tetap saja tanda dan mujizat tidak pernah dirancang untuk "mengenyangkan."...termasuk tanda-tanda yang menyertai orang percaya seperti yang disebutkan di dalam Injil Markus 16:17-18. Hal yang patut diperhatikan, yaitu ketidakseimbangan dan dis-orientasi. Ketidakseimbangannya terletak pada eforia mengejar pelayanan yang ber"tanda-tanda" tapi melupakan faktor "kenyang"-nya jiwa-jiwa. Orientasi dan tujuan terjauhnya semestinya adalah "kenyang makan hidup Yesus, sang Roti Hidup"...artinya menyatunya hidup kita dengan hidupNya..mempersekutukan diri kita dengan diriNya adalah pengejaran yang utama! Mengejar kesehatian dengan diriNya dan kehendakNya...menyatu dengan tujuan dan misi KerajaanNya! Jika tidak demikian maka buah dari pelayanan kita adalah para kerdil rohani yang haus tanda seperti golongan Saduki tapi tidak beranjak dewasa. Hanya menjadi bayi-bayi rohani yang senang dan terbius oleh berita: sembuh, kaya, sukses, terlepas, dan "tanda-tanda" lainnya. "Aku di dalam kamu dan kamu di dalam Aku" merupakan esensi. "Makan" pikiranNya, perasaanNya, kemauanNya dan pribadiNya. Raihlah keseimbangan...peneguhan berita oleh tanda-tanda tetapi juga menjadi kenyang dengan hidupNya.
Hal kedua yang bisa kita pelajari adalah keteladanan dari cara Yesus melayani. Meskipun Dia membuat tanda-tanda namun Dia tetap konsisten memberi diriNya lebih dari sekedar kuasa dan karismaNya...Dia tetap lantang mengatakan "makan Roti Hidup..AKULAH roti hidup itu....Kata "Akulah" berarti keseluruhan dari diriNya! Selalu tidak pernah cukup jika kita hanya memberi kotbah kita, karunia kita dan acara kebaktian kita. Yesus menjadi model pelayanan kita yang memberi keseluruhan diri. Paulus juga berkata "Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi." (I Tes 2:8).Yang menarik, Paulus mengatakan"dalam kasih sayang yang besar" dan "kamu telah kami kasihi"...jadi membagi kehidupan kita merupakan hasil dari cinta kasih kita! Pertanyaannya adalah: seberapa kasih kita untuk melayani orang-orang yang Tuhan percayakan pada kita? Semoga carut marutnya konsep pelayanan hari ini menyadarkan kita untuk benahi diri dan kembali kepada esensi melayani. Marilah kita belajar memberi seluruh hidup dan cinta kita lebih dari sekedar kotbah dan karunia kita. Biarlah hidup Yesus di dalam hidup kita mengenyangkan mereka!

7 comments:

Anonymous said...

wah ... akhirnya terpuaskan juga kehausan-ku akan pemikiran-pemikiran lo wing. untung Tuhan berbicara ke ko wing, menyampaikan info ini ke aku. kalau gak, gak bakalan tahu karena aku termasuk suku terhilang yaitu suku "gaptek" he he he
asyik juga ya, sekarang kita bisa berbagi pemikiran kita ke dunia melalui blogspot. yo wes, aku mau baca semua tulisan ko wing dulu dan mau ninggalin komentar. seperti kata ko wing .... KEEP WINNING

Anonymous said...

Oh akhirnya..kau muncul! Sesama marga Lay yang kucinta..ha.ha..Pokoke aku kangen banget karo kowe! Keep in touch yo! Be Strong!

SamDev said...

Yess, setuju nih Ko Wing, berbagi urapan sangat mudah dilakukan dan sangat mudah hilang, ini sudah terbukti bertahun-tahun.
Tapi yang lebih penting dari ini adalah impartasi dan implantasi kehidupan di dalam hidup orang-orang dan menginspirasi kehidupan seseorang itu lebih berharga, karena suatu saat merekapun sebagai image Kristus harus mengenyangkan dan dimakan oleh orang lain. Keliatane grayak dan nggragas mangan wong!!???
Bukan clonning tapi total inspired akan menghasilkan spesies spesial yang kaya akan warna.......... Sukses buat blognya.
Aku juga punya lho, http://samdevyenni.multiply.com/
See You!!!!

Anonymous said...

Ko Wing ..ini sangat mempertajam..aku dah lama mencermati hal ini tapi bingung menuangkannya kaya gimana...tapi setelah baca ini aku seperti menemukan bagian puzzle yg hilang ...dan skrg aku dah dapet gambar besarnya...
Aku cuma pernah bilang ke salah satu elder dengan kalimat yg lebih sederhana , bahwa saat ini saya tdk sekedar belajar dari apa yg dia ajar/khotbahkan..tapi lebih kpd gaya hidupnya..cara beliau menangani konflik, cara beliau bereaksi,...pokoknya belajar hal2 praktis...sepertinya itulah salah satu pokok/inti dari sebuah pelayanan berbasis hubungan atau membagi hidup (Tlg dikoreksi kalo salah)...sepertinya kita perlu merenungkan kalimat ini "TINDAKANMU JAUH LEBIH KERAS DARI PADA TERIAKANMU". Saya kira kalimat diatas hanya bisa terimplementasi dg sukses, kalo prinsip2 yg Ko Wing bagi dlm article ini benar2 dilakukan....

Thanks a lot Boss...Luv u n miss u

Unknown said...

wow... seger rasanya...
ruar biasa ko wing, thanx banget
always esensi ya ko...? he he..

Cornelius Wing said...

Iya, malah ribet nanti kalo kebanyakan tulis asesori..yang esensi-esensi aja, ntar asesorinya kamu cari sendiri..kalo gak ktemu juga ya "I say sorry"..he..he..Be strong!

wen said...

Memang ada theatrikal syndrome yang sedang menjangkiti kekristenan, tapi bukan salah pengkotbahnya juga sih, "pasarnya" juga salah didik, sehingga melahirkan pemain-pemain teater yang terlalu mikirin aksesories lupa esensi.